REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Berkurangnya ruang hijau di wilayah Bogor tidak hanya menyebabkan kekeringan, banjir, dan tanah longsor, namun juga merusak kondisi air tanah. Sekitar 2,7 persen air tanah di Kota Bogor saat ini masuk dalam kategori rusak.
Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), Lambok Hutasoit, mengatakan kondisi demikian terjadi di daerah Bogor Timur dan Bogor Selatan. Hasil riset yang dilakukannya menunjukkan, 5,2 persen wilayah Kota Bogor kondisi air tanahnya masuk kategori kritis.
Wilayah yang masih aman kondisi air tanahnya hanya sekitar 80,2 persen. Sementara 11,2 persen masuk kategori rawan. "Sepuluh tahun ke depan, yang masuk kategori rusak bisa meluas hingga 22, 4 persen," kata dia, Ahad (25/3).
Lambok menuturkan, apabila pemerintah tidak melakukan langkah nyata, pada dekade mendatang zona rawan akan meluas menjadi 35,1 meter persegi atau 263,9 persen dari tahun 2011. Sementara zona rusak akan meluas menjadi 26,6 km2 atau 831,3 persen dari tahun 2011.
Sebagai solusinya, lanjut dia, pemerintah harus membangun fasilitas resapan buatan di 42 titik di seluruh kecamatan. Dengan adanya resapan buatan tersebut, diharapkan memberikan imbuhan air tanah buatan (artificial recharge) sebanyak 840.000 m3/tahun. "Dengan skenario ini, zonasi air tanah akan berubah," ujarnya.