Sabtu 24 Mar 2012 17:13 WIB

SBY: Ada Pengkhianat di Balik Perdagangan Indonesia-Cina

Hubungan Indonesia dan Cina (Ilustrasi)
Hubungan Indonesia dan Cina (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mensinyalir ada pengkhianat dalam proses hubungan perdagangan antara Indonesia dan Cina.

“Bongkar itu,” kata SBY seperti dilaporkan wartawan Republika, Nasihin Masha dari Beijing, Cina, Sabtu (24/3).

Sinyalemen itu diungkapkan Presiden menanggapi pertanyaan wartawan saat jumpa pers di hari terakhir kunjungannya ke Cina. Pasalnya, terdapat perbedaan data yang dimiliki Cina dan Indonesia.

Menurut data Indonesia, volume perdagangan kedua negara mencapai 50 miliar dolar AS. Sedangkan menurut catatan Cina mencapai 60 miliar dolar AS. Pada sisi lain, dalam catatan Indonesia terjadi defisit untuk indonesia yang mencapai Rp 3 triliun. Sebaliknya mereka mencatat defisit itu justru untuk Cina dengan nilai yang sama.

Berdasarkan hal itu, Presiden menduga ada barang yang keluar atau masuk Indonesia yang tak melalui pintu semestinya. “Tujuannya untuk menghindari pajak. Ini pengkhianat,” katanya.

Ia juga menduga bisa saja perdagangan itu melalui negara lain. “Ini juga pengkhianat,” katanya. Ia meminta agar hal itu dibongkar karena merugikan negara. “Jangan ada yang slaman, slumun, selamet. Tapi mudah-mudahan tak selamet,” katanya.

Ia juga memerintahkan jika ada yang tak benar, maka harus ada tindakan. “Copot saja. Jangan terus dibina, dibimbing, diasuh. Sudah cukup,” katanya.

Menurut Presiden, pemerintah kedua negara bersepakat untuk terus meningkatkan volume perdagangan. Pada tahun 2015, kedua negara menargetkan volume perdagangan mencapai 80 miliar dolar AS.

“Dengan catatan ada penguatan industri dalam negeri dan pengembangan kapasitas,” katanya. Selain itu, katanya, hubungan perdagangan tersebut harus bersifat berimbang dan fair sehingga memberikan keuntungan bagi masing-masing negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement