REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta Kementerian Perdagangan dan instansi terkait untuk menertibkan arus perdagangan antara Indonesia dan Cina.
"Kalau ada pelanggaran copot saja, tidak usah dibimbing dan dibina," katanya di sela-sela kunjungan kenegaraan di Beijing, Sabtu.
Yudhoyono mengatakan hal itu terkait perbedaan data nilai perdagangan antara Indonesia dan Cina.
Indonesia mencatat nilai perdagangan kedua negara mencapai 50 miliar dolar AS, sedangkan Cina mencatat nilai sebesar 60 miliar dolar AS. Menurut Yudhoyono, perbedaan itu bisa saja terjadi karena ada barang ekspor Indonesia yang dikeluarkan dari pintu tidak resmi.
"Banyak barang Indonesia dikeluarkan melalui negara tetangga. Itu pengkhianat," kata Yudhoyono. Ia meminta Menteri Perdagangan Gita Wirjawan untuk mengusut hal itu dan menindak siapapun yang melanggar hukum.
Menurut Presiden, perdagangan adalah salah satu pilar utama dalam kerja sama dengan Cina. Kedua negara sepakat untuk meningkatkan nilai perdagangan hingga mencapai 80 miliar dolar AS pada 2015.
Selain bidang perdagangan, kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam bidang industri, sumber daya manusia, dan energi.