REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI---Serangan kumbang rove (Paederus Littorarius) atau tomcat di Jatim semakin meluas setiap harinya. Ada sebanyak 559 warga di Jatim terkena serangan serangga ini. Kulit mereka melepuh dan berwarna merah, serta gatal mirip terkena penyakit herpes.
Namun, sebenarnya bukan kali ini saja tomcat merajalela. Kementerian Kesehatan mencatat kumbang rove ini sudah beraksi sejak tahun 2008. Gangguan kumbang beracun itu pernah terjadi di Tulungagung pada 2008. Sebanyak 260 orang mengalami gangguan kulit akibat digigit kumbang beracun itu.
Pada tahun yang sama serangan kumbang itu muncul di wilayah Tulungagung yang lain, tepatnya di sebuah pedesaan dengan habitat tanaman padi dan jagung di Kecamatan Besuki dan menyebabkan 60 orang mengalami gangguan kulit seperti gatal-gatal dan iritasi.
Tahun 2009, kumbang yang seluruh tubuhnya, kecuali sayap, mengandung racun paederin (C25 H45O9N) itu membuat 50 orang di Kota Gresik menderita gatal-gatal. Dan tahun 2010, predator serangga pertanian itu juga membuat sekitar 20 orang di Kenjeran, Surabaya, menderita gatal-gatal.
Dan, pada 13 Maret 2012 lalu, serangan kumbang itu terlihat di kawasan Kenjeran dan beberapa lokasi di Wonorejo Surabaya. Dinas Pertanian Kota Surabaya telah menerima laporan masyarakat tentang keberadaan serangga Paederus itu di 26 titik lokasi.
Sejatinya, keberadaan kumbang ini tidak berbahaya, tidak sampai mengakibatkan korban meninggal dunia. Justru keberadannya diperlukan sebagai penyeimbang alam, mengingat kumbang beracun ini adalah musuh alami hama pertanian, seperti wereng.
"Serangga ini tidak membahayakan dan justru menjadi sahabat petani. Ia termasuk mata rantai penyeimbang alam," kata Koordinator Pengamat Hama Dinas Pertanian Provinsi Jatim, Suliyan.
Jika kumbang itu dibasmi lanjut dia, tentunya akan meresahkan para petani. Produksi tanaman mereka bisa turun drastis, karena dirusak oleh hama-hama itu.