REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Buah impor murah dengan tampilan menarik belum tentu menjanjikan pemenuhan gizi yang baik karena lama disimpan. Penduduk Indonesia pun lebih dianjurkan mengonsumsi buah lokal yang masih segar.
"Buah impor berkualitas tinggi juga ada di Indonesia, tetapi bukan yang dijual murah sampai ke pasar-pasar kecamatan karena harga buah impor berkualitas bagus yang tidak disimpan lama itu mahal," ujar Kepala Divisi Laboratorium dan Riset PT Mekar Unggul Sari, Reza Tirtawinata, Jumat (23/3).
Pengelola Taman Wisata Mekarsari, Bogor ini menjamin, selain lebih segar, beberapa buah tropis juga terbukti lebih unggul kandungan vitaminnya dibandingkan buah subtropis. Kandungan vitamin C dan vitamin A pada buah mangga lokal, misalnya, lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan apel impor.
Meski di sisi lain, Reza mengakui buah-buahan lokal kerap kalah tampilan dari buah impor karena teknis logistiknya salah. Acapkali usai dipanen buah-buahan lokal hanya sekadar ditumpuk serta ditekan-ditekan dalam kendaraan pengangkutnya. Tentu saja kulitnya mengalami lecet dan cacat lainnya.
Reza sebetulnya tidak merasa tersaingi dengan keberadaan buah impor. Pasalnya, dalam perdagangan internasional, buah-buahan tropis kini tengah naik daun. Pada tahun 2010, permintaan pasar dunia untuk buah-buahan tropis ditaksir meningkat 87 persen. Penggemar buah tropis menyukai dalam urusan rasa.
"Nilai gizinya juga lebih baik karena tidak melalui penyimpanan lama atau pengawetan yang menurunkan kualitas," ungkap Reza.
Kepala Pusat Kajian Buah Tropika IPB, Sobri, PhD juga lebih menyarankan penduduk Indonesia lebih sering mengonsumsi buah tropis. "Gizi yang dikandung buah lokal lebih optimum karena masa simpannya pendek dan tidak mengalami perlakuan khusus untuk mengawetkan," paparnya.
Buah-buahan impor, jelas Sobri, umumnya bisa disimpan enam bulan hingga setahun. Bentuk luarnya dapat dipertahankan dengan lapisan lilin atau teknik penyinaran, tetapi vitaminnya merosot. Kondisi ini berkaitan dengan sifat buah sub tropis yang daya simpan alaminya lebih lama di suhu 3-10 derajat Celsius.
Penemuan tekhnologi pertanian di luar negeri makin menjamin kualitas simpan pasca panen. Salah satunya dengan tekhnologi atmosfer modifikasi. Cara ini menghambat proses respirasi buah dengan menyimpannya dalam kontainer hampa udara agar gas karbonnya bisa mengawetkan buah.
"Tapi buah impor murah juga ada yang mendapat perlakuan khusus seperti menyemprot sulfat pada kelengkeng dan waxing agar air dalam buah dikeluarkan," ujar Sobri.
Sobri pun mengingatkan agar masyarakat selektif sebelum mengonsumsi buah. Jika ingin makan buah impor lebih baik memilih yang mempunyai masa simpan 2-3 bulan setelah musim panennya. Misalnya, panen apel di Amerika antara bulan September-Oktober. Sehingga buah apel impor Amerika yang masuk Indonesia masih layak konsumsi hingga bulan Maret.
Masyarakat juga diimbau tidak tergiur pada tampilan kulit buah yang mengkilat. Lantaran sebagian besar telah di-waxing. "Lebih baik mengupas kulitnya agar tidak menelan zat-zat berbahaya yang menempel di luar," pesan Sobri.