REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI - Organisasi Gabungan Angkutan Darat (Organda) Kabupaten Boyolali meminta tarif angkutan umum dinaikkan hingga 20 persen, menyusul rencana penaikan harga bahan bakar minyak pada awal April 2012.
Ketua DPC Organda Boyolali Tulus Budiono, di Boyolali, Selasa, mengatakan kenaikan tarif angkutan umum sebesar 20 persen itu diperkirakan mampu mengimbangi kebutuhan operasional yang dipastikan akan ikut naik.
Menurut dia, BBM merupakan komponen penting dan mendasar dalam pelayanan angkutan umum baik darat, laut maupun udara.
Sehingga, kata dia, dengan rencana penaikan BBM, Organda di wilayah Surakarta telah menggelar pertemuan guna menyamakan pandangan. Dari pertemuan itu muncul sejumlah opsi yang akan diajukan ke Gubernur Jawa Tengah.
Menurut dia, sejumlah opsi yang disepakati antara lain meminta kenaikan tarif angkutan sebesar 15-20 persen dari tarif saat ini sebesar Rp 162 per kilometer.
Selain itu, pihaknya juga mengusulkan agar bea masuk impor orderdil dihapus, sehingga diharapkan dapat menekan biaya suku cadang kendaraan yang kini cenderung naik.
Menurut dia, kenaikan suku cadang naik mulai 30 persen hingga 50 persen. Padahal harga BBM belum naik. "Kondisi ini berdampak besar bagi pengusaha angkutan umum, karena biaya operasional tidak seimbang dengan hasilnya," katanya.
Selain itu, Organda juga memiliki opsi lain, yakni meminta pemerintah membebaskan biaya pajak kendaraan angkutan, bebas uji KIR, dan retribusi terminal.
Kendati demikian, pihaknya tidak dapat mengelak, karena hal tersebut sebagai kewajiban dalam melayani kebutuhan angkutan umum masyarakat. "Jumlah angkutan umum di Boyolali kini sekitar 350 unit yang melayani seluruh jalur di 19 kecamatan," katanya.