REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penangkapan dan penembakan mati lima orang tersangka teroris di Bali pada Ahad (18/3) bertepatan dengan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Insiden itu lantas disoroti pengamat teroris sebagai upaya pengalihan isu.
"Kemarin-kemarin saya memang selalu menolak kalau dikatakan penangkapan teroris sebagai pengalihan isu, namun kali ini saya tidak menyangkalnya. Tapi Mabes Polri pasti tahu, cara ini sudah tidak laku untuk mengalihkan isu," kata pengamat teroris, Mardigu Wowiek Prasantyo yang dihubungi Republika, Senin (19/3).
Mardigu menambahkan sebagai pengamat terorisme ia malah mempertanyakan kenapa penangkapan teroris dilakukan pada saat momen adanya kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tim Densus 88 pasti telah mengintai sebuah kelompok atau jaringan terorisme sejak satu hingga tiga bulan dan mungkin beberapa tahun.
Untuk penangkapan dan tembak mati lima orang tersangka teroris ini pun ia menganggapnya sangat aneh. Ia mempertanyakan barang bukti lima orang tersebut sehingga layak dijadikan tersangka dan 'boleh' ditembak mati. Barang bukti pun, imbuhnya, harus dapat dibuktikan secara hukum di dalam persidangan, bukan di mata polisi.