REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PPP meminta pemerintah berhitung kembali terkait rencana menaikkan harga BBM dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000 per liter. Menaikkan harga BBM sebesar 1.500 per liter akan menurunkan rencana pertumbuhan dari semula APBN-P 2012 sebanyak 6,7persen menjadi 6,5 persen di RAPBN-P 2012.
"Artinya ada penurunan volume PDB 0,2 persen atau sekitar Rp 14 triliun," jelas Sekjen PPP, M Romahurmuziy, Ahad (18/3). Beberapa pertimbangannya, kata dia adalah apakah sepadan, penghematan BBM menurunkan pertumbuhan, pertumbuhan tinggi dan pemerataan pembangunan ekonomi, serta pembagian hasil pembangunan.
Karenanya PPP meminta pemerintah untuk sekali lagi mengkaji ulang dan berhitung, apakah menaikkan BBM adalah opsi terakhir. Dia menyatakan, kenaikan BBM dapat mengakibatkan peningkatan inflasi terlalu tinggi.
Hal ini nantinya akan semakin mempersulit daya beli masyarakat. Menurutnya, masyarakat akan semakin kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Belum lagi kesejahteraan pekerja yang tidak naik, meskipun harga BBM naik. "Ada banyak hal negatif jika BBM naik," paparnya.