REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membahas kerjasama bilateral antara Indonesia dengan Australia pada kunjungan singkatnya di Canberra, Kamis (15/3)
“Pertemuan ini merupakan pertemuan pertama dalam format 2+2 yang melibatkan Menlu dan Menhan kedua negara” tutur Marty dalam pernyataannya dalam rilis yang diterima Republika.
Pertemuan dalam format 2+2 antara Indonesia dan Australia disepakati pemimpin kedua negara pada kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Australia tahun 2010 lalu.
Mekanisme ini melengkapi mekanisme bilateral yang ada yaitu Indonesia-Australia Annual Leaders’ Meeting pada tingkat Kepala Negara/Pemerintahan dan Annual Leadership Dialogue yang melibatkan tokoh non pemerintah.
“Hubungan Indonesia dan Australia kuat, solid dan komprehensif. Mekanisme konsultasi juga sangat komprehensif yang melibatkan bukan hanya sektor pemerintah namun juga elemen masyarakat luas," kata Marty.
Marty secara khusus menggarisbawahi bahwa masih terdapat ruang yang besar bagi peningkatan kerjasama kedua negara khususnya dalam bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Dalam pertemuan pertama Menlu dan Menhan kedua negara, berbagai permasalahan isu keamanan dan pertahanan baik pada tingkat bilateral, regional maupun global dibahas.
Pada tingkat bilateral misalnya, kerjasama keamanan kedua negara difokuskan pada peningkatan kerjasama kedua negara dalam mengatasi berbagai kejahatan lintas batas. Dalam bidang pertahanan, kedua negara memfokuskan pada upaya peningkatan kerjasama operasi militer bukan perang khususnya dalam bidang penanggulangan bencana.
“Sebagai negara yang rentan bencana, Indonesia dan Australia memiliki kepentingan untuk meningkatkan kemampuan kedua negara dalam menghadapi dan mengelola bencana alam”, ujar Marty.
Kerjasama Indonesia dan Australia dalam pengelolaan bencana alam bukan hanya pada tingkat bilateral, namun juga pada tingkat East Asia Summit. Dalam pertemuan EAS di Bali, November 2011, Indonesia dan Australia telah memprakarsai sebuah konsep untuk mempercepat respon negara di kawasan ketika terjadi bencana alam.
“Kita juga membahas berbagai hal kerjasama pertahanan di bidang pengembangan kapasitas” kata Marty.
Pada tingkat regional, pertemuan juga membahas peningkatan fenomena human trafficking di kawasan. Kedua negara bersepakat untuk dapat mengatasi permasalahan human trafficking melalui mekanisme Bali Process.
Berbagai isu di kawasan seperti Laut China Selatan, perkembangan positif demokrasi di Myanmar dan kerjasama dalam konteks ASEAN juga dibahas. Pertemuan juga mendiskusikan perkembangan stabilitas dan keamanan di tingkat global dan kerjasama kedua negara di forum PBB.
“Stabilitas dan keamanan baik di tingkat global maupun di tingkat regional sangat penting bagi upaya nasional kita untuk melakukan pembangunan ekonomi demi kesejahteraan rakyat. Indonesia dan Australia merupakan negara kunci dalam menciptakan stabilitas di kawasan”, tutup Marty.
Pertemuan ini juga dimaksudkan untuk mempersiapkan rencana kunjungan Presiden RI ke Australia untuk melakukan Indonesia-Australia Annual Leaders’ Meeting pada bulan Mei 2012 di Darwin.
Dalam kunjungan singkat ini, Marty juga melukan kunjungan kehormatan kepada Perdana Menteri Australia, Julia Gillard dan menjadi pembicara dalam kuliah umum yang diselenggarakan oleh The Centre for Democratic Institutions (CDI) di Australian National University (ANU), Canberra.