REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mendapatkan banyak sorotan akibat mencuatnya dugaan korupsi di lingkungannya, para penentu kebijakan di Universitas Indonesia (UI) sepertinya tak pernah berhenti mengambil kebijakan yang kontroversi. Yang terbaru, para petinggi 'kampus kuning' ini akan 'plesir' ke negeri 'Ratu Elizabeth'.
Para aktivis gerakan Save Universitas Indonesia mencium gelagat ini sebagai sebuah kegiatan pemborosan. Apalagi UI sendiri tengah mendapatkan perhatian serius Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan korupsi.
Delegasi yang dipimpin Rektor UI, Prof Gumilar Rusliwa Somantri ini rencananya akan bergabung dengan lawatan Presiden SBY ke Inggris. Namun para petinggi UI ini mengusung misi rencana pemberian gelar Doktor Honoriscausa (HC) yang akan dianugerahkan kepada putra mahkota Ratu inggris, Pangeran Charles.
"Ini sangat keterlaluan, di tengah maraknya sorotan atas kinerja pengelolaan keuangan UI, kampus masih saja membuat kebijakan yang kurang populis," ungkap pelopor Save Universitas Indonesia, Ade Armando, di kantor Komisi Informasi Pusat (KIP), Jakarta, Rabu (14/3).
Menurut Ade, kegiatan yang akan dilakukan Rektor UI dan rombongannya di Inggris akan menelan anggaran yang tak sedikit. Karena rombongan ke negeri 'Union Jack' ini tidak mungkin hanya membawa segelentir orang saja.
Artinya budget yang akan ditanggung untuk kegiatan ini sudah pasti akan 'gemuk'. Harusnya pihak rektorat mempertimbangkan masalah sorotan atas transparansi dan kinerja pengelolaan di lembaga pendidikannya.