REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai PDIP saat ini tidak lagi seberani tahun 2008 lalu, dalam menentang kebijakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait bantuan langsung tunai (BLT).
Sebabnya, pendukung BLT kebanyakan adalah wong cilik, yang tidak lain adalah massa PDIP. "Kami menilai PDIP melalui Ketua Umumnya, Megawati Soekarno Putri, tidak akan sekeras dulu menentang BLT," jelas Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di Jakarta, Ahad (11/3).
Dia memprediksi, jika Megawati berani menentang, maka massa PDIP akan beralih kepada Demokrat yang menyetujui kebijakan ini.
Namun demikian, LSI menilai masih tingginya prosentase parpol yang menentang kebijakan ini. Partai oposisi akan habis-habisan menentang kenaikan BBM, karena ini juga bagus untuk citra mereka di rakyat pemilih. Partai Hanura dan Gerindra masuk dalam parpol penolak kenaikan BBM dan pemberian BLT. PDIP pun demikian, meskipun penolakannya tidak sekeras dulu.
Menurut Adjie, Megawati dan PDIP, tidak lagi sekeras dulu menentang BLT, karena 69,64 persen dari 440 responden di seluruh Indonesia menyetujui BLT. Penerima BLT adalah wong cilik. Mereka adalah segmen tradisional PDIP. Namun, Mega pernah blunder menolak BLT yang menyebabkan wong cilik pergi dari PDIP.