REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Edi Suharto mengatakan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) bukan ditujukan untuk mengatasi kemiskinan. “BLSM ini untuk mengurangi kerentanan, merespon perubahan struktural akibat kenaikan BBM, dan gejolak daya beli masyarakat yang akan berubah,” katanya saat dihubungi, Ahad (11/3).
Menurutnya, setiap ada perubahan atau gejolak ekonomi selalu akan ada guncangan awal. Hal tersebut akan sangat terasa pada masyarakat miskin. “Mereka harus diselamatkan,” katanya. Ia sendiri tidak bisa memastikan apakah dengan BLSM ini angka kemiskinan bisa ditekan atau mengalami kenaikan. Tetapi, ia menyakini dengan bantuan tersebut bisa menaham kemungkinan bertambahnya angka kemiskinan.
Sebab, kata Edi, bantuan akan menyasar pada 30 persen penduduk termiskin di Indonesia. Data terakhir yang diperoleh, ada 18 juta rumah tangga sasaran (RTS) yang perlu dibantu. Besaran bantuan yang akan digelontorkan untuk BLSM diasumsikan mencapai Rp 25,6 triliun dengan sasaran sebanyak 18 juta rumah tangga sasaran (RTS).
Mereka akan mendapatkan bantuan sebesar Rp 150 ribu per bulan yang akan diberikan setiap tiga bulan sekali selama sembilan bulan. “Selama itu pula, orang miskin tidak akan jatuh ke lembah kemiskinan. Yang poor tidak jatuh ke very poor,” katanya.