REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Eksploitasi hutan dan lahan secara masif pada satu dekade terakhir ini menyisakan kerusakan lingkungan yang tidak dapat dianggap remeh. Sekitar 33 juta lahan di seluruh Indonesia dinyatakan dalam kondisi kritis.
Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan (Kemenhut), Hadi Daryanto, mengatakan sebagian besar titik-titik lahan kritis tersebut terletak di Pulau Jawa dan Sumatra. Di Pulau Jawa sendiri, Provinsi Jawa Barat menjadi daerah dengan jumlah lahan kritis terbanyak. "Di Jawa dan Sumatra banyak, terutama di Jawa Barat," kata dia, Ahad (11/3).
Tingginya angka lahan kritis ini, menurut Hadi, disebabkan karena budaya masyarakat yang lebih menyukai menanam tanaman yang cepat menghasilkan. Akibatnya, banyak lahan yang semestinya menjadi resapan air beralih fungsi menjadi area pertanian. "Budaya bertani itu bagus, tapi harus dibarengi dengan menanam pohon," ujarnya.
Hadi menambahkan, semestinya lahan pertanian juga memberikan ruang bagi tanaman-tanaman keras penyerap air. Ia menyatakan akan terus melakukan sosialisasi untuk mengajak para petani agar turut menanam pohon di lahannya. "Harapan kami agar bisa bergandengan antara pohon dan tanaman petani," lanjut dia.
Untuk menanggulangi persoalan ini, Kemenhut memiliki program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) seluas 1,6 juta hektar per tahun. Hadi memerinci, dari Kemenhut sebanyak 500 ribu hektar, program kemitraan 250 ribu hektar, dan sisanya merupakan kewajiban perusahaan-perusahaan pemegang HPH.