REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia, Sofyan Wanandi, menilai sebutan mafia barkeley untuk almarhum Widjojo Nitisastro sebatas konotasi. Sofyan mengungkapkan penyematan julukan tersebut lantaran Widjojo bersama dengan ekonom lain merupakan lulusan Barkeley University, Amerika Serikat.
"Itu hanya merk, hanya konotasi karena mereka lulus bareng-bareng dari Amerika. Kalau era Pak Habibie kan Jerman, ungkapnya saat melayat almarhum di Kantor Bappenas, Jakarta, Jumat (9/3).
Sofyan mengungkapkan kunci kesuksesan almarhum dalam mengarsiteki pembangunan ekonomi Indonesia adalah dia dapat mengontrol pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. Tidak hanya itu, Presiden Soeharto ketika itu memberi kepercayaan yang luas untuk Widjojo dalam melakukan koordinasi dengan menteri-menteri ekonomi. "Dulu pun Soeharto bela dia. Sekarang kan enggak,"ujarnya.
Kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh Widjojo pun sangat konsisten. Sofyan menjelaskan Widjojo merupakan tokoh yang mengarsiteki peralihan ekonomi Indonesia dari pertanian ke manufaktur. Manufaktur ini kemudian memodernisasi perekonomian Indonesia dan menggantikan barang-barang impor
Prof Widjojo Nitisastro wafat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Jumat (9/3) pukul 02.30 WIB. Jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan usai disemayamkan di rumah duka, Pondok Indah, dan Kantor Bappenas.
Selama hidupnya, Widjojo pernah menjabat beberapa posisi penting yakni Ketua Bappenas (1967-1983), Menteri Negara Ekuin (1973-1978), Menteri Koordinator Ekuin (1978-1983), dan penasihat ahli Bappenas (1983 hingga sekarang).