REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 1.500 per liter yang akan diputuskan per 1 April mendatang dipastikan akan menambah beban masyarakat miskin di Indonesia.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Ahmad Makruf, beban orang miskin akan bertambah hingga 50 persen, jika harga BBM benar-benar naik.
"Dengan naiknya harga BBM, rakyat dipaksa menderita. Karena dampak yang timbul bukan hanya akan menambah beban rakyat miskin sebanyak 8 persen, tetapi 50 persen," tandasnya pada diskusi tentang kenaikan harga BBM di kampus UMY, Kamis (8/3).
Hal itu, kata dia, terjadi karena adanya korelasi kenaikan harga BBM dengan kenaikan harga kebutuhan mayoritas struktur pengeluaran masyarakat miskin, yakni konsumsi dan transportasi.
Menurutnya, pilihan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat adalah pilihan yang sama-sama memberatkan. “Rakyat disuruh memilih, naik seribu atau naik seribu lima ratus, itu sama saja dengan pemaksaan untuk menderita," tegasnya.
Dikatakannya, pengeluaran masyarakat miskin setiap hari 70 persen untuk makan, minum dan transportasi. Sisanya baru pendidikan dan kesehatan. "Jadi tidak mungkin kalau implikasinya hanya 8 persen seperti perhitungan pemerintah,” paparnya.