REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Ratusan ahli geologi memenuhi ruang plenary sejak pukul sembilan pagi tadi, para peserta itu tengah mengikuti "12th Regional Congress on Geology, Mineral and Energy Resources of Southeast Asia" di Bangkok. Yakni sebuah pertemuan rutin asosiasi-asosiasi ahli geologi se Asia Tenggara.
Pada pertemuan itu akan disampaikan gagasan masing-masing ketua asosiasi ahli geologi dari berbagai negara, tentang perkembangan peran ahli geologi dalam pembangunan negara-negara di Asia Tenggara. Khususnya dalam upaya-upaya mengatasi bahaya bencana geologi dan perubahan bumi.
Utusan Indonesia pada pertemuan tersebut, diwakili oleh Rovicky Dwi Putrohari dan DR Andang Bachtiar, sebagai ketua umum dan ketua Dewan Penasehat Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Direncanakan esok hari, Kamis (8/3) keduanya akan mempresentasikan bersama enam pembicara dari negara lainnya akan panel untuk membahas Mega Geological Hazard and Changing Earth.
DR Andang Bachtiar, yang juga staf khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana itu, akan menyampaikan status terbaru hasil penelitian bencana purba di Indonesia.
"Insya Allah Dr Andang Bachtiar akan menyampaikan hasil-hasil penelitian terbaru kami pada acara tersebut," ujar Erick Ridzky, koordinator Tim Bencana Katastropik kepada Republika melalui pesan singkatnya, Rabu (7/3) sore.
Geosea merupakan ajang pertemuan regional antar asosiasi geologi se-Asia Tenggara yang pada awal berdiri, salah satu proponennya adalah almarhum Prof. Rubini Soeriatmadja. Beliau adalah salah seorang tokoh besar ahli geologi Indonesia.
Pertemuan terakhir Geosea ke-11 yang diadakan di Kuala Lumpur pada 2009, setelah vakum hampir delapan tahun sejak 2001 yang diadakan di Yogyakarta yang diwakili oleh DR Andang Bachtiar, sebagai Ketua IAGI ketika itu.
Beberapa laporan yang akan disampaikan oleh para ketua asosiasi ahli geologi negeri jiran itu, antara lain, "Focusing on ideas of South East Asia energy grid and highlighting more socialization of geology to the people (Indonesia)", "Geology and climate change in Malaysia, Various geological works have been orchestrated to preparing peoples anticipating the changes, and highlighted geology heritage pioneering work, geodiversity - geopark matters (Malaysia)", "Issues of low number of geologist available for country development, and focus on tectonics and mining activity in Myanmar, (Myanmar)", "Presenting mining vs environment in Philipine, also present problems of very low numbers of geologist and geology education in university (Myanmar)", dan "Discussing land subsidence, sealevel rise, and flooding disaster, and also presenting some issues on geological workforce in Thailand (Thailand)".
Pertemuan Geosea kali ini dihadiri lebih dari 300g ahli geologi se-Asia Tenggara, bertempat di Grand Centara Hotel Ballroom, Bangkok, yang akan berlangsung duahari hingga Kamis (8/3)