REPUBLIKA.CO.ID, HONGKONG - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Mohammad Jumhur Hidayat menilai penanganan dan kondisi TKI di Hong Kong relatif lebih baik dibanding di tempat lain, namun kualitas TKI perlu ditingkatkan lagi.
"Ada beberapa catatan. Pastikan orang yang berangkat dengan kualitas yang memadai," kata Jumhur di Hong Kong, Senin malam, saat berdialog dengan Konsulat Jenderal RI di Hong Kong.
Jumhur memberi catatan pengiriman TKI dari Jawa Timur yang memasok TKI paling banyak ke Hong Kong. "Banyak mendapat pelatihan kurang memadai," katanya.
Calon TKI, katanya, sebelum berangkat ditampung dahulu di unit pelayanan yang berada di kabupaten-kabupaten. Setelah itu mereka dikirim ke Hong Kong lewat Surabaya. "Di Surabaya hanya numpang lewat. Sehingga kualitasnya kurang memadai," katanya.
Untuk itu, BNP2TKI akan menerapkan sistem pelatihan yang benar-benar terpantau dan dikelola secara online (dalam jaringan/daring). Dengan sistem online tersebut diharapkan calon TKI benar-benar mendapatkan pelatihan sesuai dengan ditetapkan misalnya diberi pelatihan hingga 600 jam.
Dengan sistem online maka jika calon TKI tersebut baru melakukan pelatihan selama tiga hari lalu dikirim maka surat keterangan yang diperlukan tidak bisa muncul. "Sehingga mau tidak mau mereka harus berlatih," kata Jumhur. Ia mengatakan sistem pemantauan pelatihan secara online tersebut diharapkan bisa diterapkan mulai 1 April 2012.
Namun, Jumhur mengatakan bahwa pengelolaan TKI di Hong Kong sudah cukup baik. Jikapun ada sedikit permasalahan maka hal itu merupakan sikap kritis dari para TKI.