Sabtu 25 Feb 2012 01:55 WIB

20 Persen Listrik Berasal dari Energi Terbarukan

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Hazliansyah
KWH Meter PLN
Foto: Blogspot.com
KWH Meter PLN

REPUBLIKA.CO.ID, -- Sebagian besar sumber energi listrik saat ini masih menggunakan bahan bakar minyak dan batubara. Kebutuhannya pun diperkirakan melonjak tinggi hingga tahun 2020. oleh karena itu diperlukan sumber energi terbarukan untuk menjamin pasokan listrik nasional.

Menurut rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL), PLN mengalokasikan 20 persen listrik berasal dari energi terbarukan. "Khususnya listrik geotermal dan tenaga air (hydro)," kata Direktur Utama PLN Nur Pamudji kepada Republika di Jakarta, Jumat (25/2).

Kawasan Jawa dan Bali ke depannya mengalami peningkatan kebutuhan energi listrik berkisar tujuh hingga delapan persen per tahun. Sedangkan di luar Jawa, kebutuhannya mencapai 10,2 persen per tahun.

Penambahan pembangkit listrik hingga 2020, kata Pamudji, rata-ratanya meningkat 5.500 mega watt (MW) per tahun menjadi 55.458 MW pada 2020 nanti. Sebanyak 31.958 MW dari total energi berasal dari pembangkit listrik PLN. Sisanya berasal dari produsen energi listrik, misalnya swasta.

Potensi listrik tenaga air yang besar, kata Direktur Perencanaan dan Manajemen Risiko PT PLN (Persero) Murtaqi Syamsuddin, terdapat di tiga wilayah. Di antaranya Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Selatan bagian utara.

"Grid utama untuk Sulawesi adalah 150 kilo volt (kV)," kata Murtaqi. Ketiga wilayah itu dapat memenuhi demand industri ferro nikel di Sulawesi Tenggara yang memerlukan pembangkit lokal.

Sedangkan Papua, kata Murtaqi, sumber tenaga listrik utamanya adalah gas. Misalnya di kawasan Bintuni dan Sorong. Sumber lainnya dari batubara di Baliem, Wamena, Jayapura.

PLTA Baliem berkapasitas 50 MW. Pembangunannya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di pegunungan tengah. Pengembangan industri hanya dapat diolah jika ada pertumbuhan-pertumbuhan industri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement