REPUBLIKA.CO.ID, GARUT - Menteri Pertanian Suswono mengaku Indonesia sebenarnya sudah swasembada kentang. Khusus untuk kentang jenis granola misalnya ia mengaku produksi dalam negeri sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Tapi untuk kentang jenis atlantik, kita memang masih impor," katanya saat ditemui Republika, Jumat (24/2).
Meski demikian, impor hanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan industri. Karenanya, saat ini, ia mengaku Kementrian Pertanian sedang gencar-gencarnya mengembangkan kentang atlantik. Beberapa daerah tinggi seperti Garut, Jawa Barat dan Batu, Jawa Timur menjadi proyek percontohan.
"Karena kentang atlantik ini butuh wilayah dingin, sekarang kita coba kembangkan di dua wilayah itu," jelasnya. Ia menuturkan pihaknya juga tengah mengkaji wilayah lain untuk menjadi tempat pengembangan.
Meski demikian, modal yang dibutuhkan petani untuk mengembangkan kentang jenis ini sangat besar. Untuk satu hektar lahan, petani harus mengeluarkan kocek hingga Rp 50 juta.
Tetapi, dijelaskan Suswono, ketika produksi dilakukan untuk satu hektar lahan petani bisa mengambil keuntungan hingga Rp 100 juta. "Ini menguntungkan bagi petani," ujarnya.
Kentang granola merupakan kentang dangkal yang gampang dikupas. Kentang ini memiliki warna daging kuning keputihan.
Kentang atlantik merupakan kentang yang kerap dipakai industri waralaba makanan untuk menjadi kentang goreng. Bentuknya lebih besar dari kentang granola dan benihnya selalu diimpor dari Australia.