REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Partai Golkar hingga saat ini belum memikirkan alternatif calon presiden selain Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical). Mencuatnya nama Jusuf Kalla (JK) yang tingkat elektabilitasnya berada di atas Ical pada survei LSI terakhir dianggap bukan ancaman Ical.
"Perbedaan Ical dengan JK tidak signifikan. Yang perlu kita lakukan hanyalah menaikkan elektabilitas Ical saja," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Fadel Muhammad, kepada wartawan di Istana Wapres, Jumat (24/2) siang.
Berdasarkan survei terakhir LSI, JK memperoleh tujuh persen atau berada di peringkat ketiga di bawah Megawati dan Prabowo Subianto. Sedangkan Ical hanya 5,6 persen dan berada di urutan keempat.
Golkar, kata Fadel, lebih memprioritaskan Ical ketimbang JK karena saat ini bos besar perusahaan Bakrie tersebut merupakan ketua umum Golkar. Sedangkan JK adalah ketua umum di masa lalu. "Kecuali jika perbedaannya mencapai 15-20 persen. Baru kita mencari tokoh dari luar," kata Fadel.
Fadel yakin, suara Ical naik seiring dengan kenaikan suara Partai Golkar. Ia mengakui saat ini tingkat elektabilitas Ical memang stagnan, berbeda dari Golkar yang tinggi. "Artinya orang memang lebih percaya ke partai ketimbang ke pak Ical. Maka dari itu kita akan kerja keras," tutur Fadel.
Sampai saat ini Fadel belum tahu mekanisme apa yang akan dipakai untuk mengajukan nama capres dari Golkar. Opsinya ada tiga, yakni melalui konvensi, survei internal, atau mencalonkan sang ketua umum. "Kita tunggu hingga Oktober saat rapim (Partai Golkar). Saat itulah kita tentukan sikap," ujar Fadel.