REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Malaysia rencananya akan saling membuat interkoneksi kerjasama di bidang kelistrikan. Tujuannya kedua negara memperoleh benefit keandalan dan ekonomi. Fokus lokasinya adalah Pulau Sumatra dan Kalimantan.
Interkoneksi Sumatera - Malaysia, menurut Direktur Utama PT PLN (Persero) Nur Pamudji, rencananya mulai beroperasi pada 2017 dengan kapasitas 250 kV HVDC. Sedangkan interkoneksi Kalimantan Barat - Serawak beroperasi 2014 dengan kapasitas 275 kV HVAC.
Pertumbuhan ekonomi koridor Sumatra, menurut Pamudji, berpusat di sepanjang pantai timur yang relatif dekat dengan Malaysia. "Singapura juga berencana menyambangi kerjasama ekspor impor listrik dengan Indonesia," katanya kepada Republika usai acara cofee morning di Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (24/2).
Pemerintah, kata Murtaqi, terus melakukan pembicaraan dengan pihak Malaysia, khususnya rencana ekspor transmisi listrik ke Malaysia dengan PLTA besar (makro) berbahan bakar batubara. Hal ini dikarenakan kandungan batubara Sumatra yang sangat tinggi. Skemanya sudah disepakati kedua negara.
Sedangkan untuk Kalimantan Barat, Indonesia sebaliknya mengimpor dari Serawak. Batam juga akan membangun pembangkit listrik makro yang hasilnya nanti berpotensi di ekspor ke Singapura pada 2017.