Rabu 22 Feb 2012 07:54 WIB

Merpati Berencana Borong Pesawat Dari Cina

Xian MA-60 yang digunakan Merpati Nusantara Airlines.
Foto: Xian
Xian MA-60 yang digunakan Merpati Nusantara Airlines.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maskapai penerbangan nasional PT Merpati Nusantara Airlines membeli 40 unit pesawat baru jenis 40 pesawat jet ARJ 21-700 dari Cina.

Padahal BUMN plat merah itu tak lagi mendapatkan anggaran penyertaan modal negara (PMN) tahun ini. Perusahaan bahkan membutuhkan Rp 250 miliar untuk menyehatkan perusahaan.

Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan pesawat-pesawat itu dipesan dari produsen Cina, AVIC International Holding Corporation. Harga masing-masing pesawat sekitar 30 juta dolar AS. Artinya, Merpati harus membayar hingga Rp 270,75 miliar (jika kurs mata uang yang berlaku Rp 9.025 per dolar AS).

Dahlan menegaskan ada tiga syarat yang diajukannya supaya Merpati boleh melakukan pembelian pesawat baru. Ketiganya terkait dengan sumber pendanaan pembelian pesawat, yaitu tak menggunakan skema sub loan agreement (SLA), bukan dari PMN, dan tak menggunakan skema kredit ekspor.

Sebelumnya, di ajang Singapore Airshow, Direktur Utama Merpati Sardjono Jhonny Tjitrokusumo mengatakan 40 pesawat tersebut akan datang bertahap selama tiga tahun. "Mulainya 2014, berakhir 2017," katanya.

Artinya, produsen mengirimankan 10 pesawat per tahunnya. Merpati sudah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Comac, AVIC International Holding Corporation, dan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Keterlibatan PT DI, menurut kabarnya, karena Menteri BUMN menyaratkan 40 persen komponen lokal pesawat baru itu disediakan oleh PT DI. Artinya dipasok oleh dalam negeri.

Dengan skema tersebut, kata Dahlan, beban Merpati ikut berkurang. Dahlan juga meminta Merpati untuk tetap mengoptimalkan pesawat MA-60. Menurutnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan meskipun pesawat itu berasal dari Cina. Pesawat itu buatan Commercial Aircraft Corporation of China (Comac).

Saat ditanyai kualitas pesawat buatan Cina MA-60, Dahlan mengatakan rekam jejaknya cukup bagus dibandingkan jenis Boeing-737. "MA-60 memang pernah sekali kecelakaan di Kaimana, tapi Boeing-737 lebih sering kan?” ujar Dahlan, Senin (21/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement