REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dan Republik Rakyat Cina (RRC) menyepakati kerja sama industri pertahanan kedua negara. Kerja sama itu perlu diarahkan untuk pengembangan alih teknologi pertahanan. Menurut siaran pers Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), kemarin, menyebutkan bahwa program itu diawali dengan saling kunjung jajaran dari kedua negara.
Kerja sama itu melibatkan jajaran di pimpinan militer, pendidikan, pertukaran siswa, pelatihan personil, dan latihan bersama, khususnya dalam kerangka anti-perompakan dan anti-terorisme. Dalam kerangka itulah, kedua pihak akan membentuk kelompok kerja untuk mempelajari dan memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai potensi kerja sama di antara kedua negara dalam kerangka waktu yang disepakati.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan mitranya Jenderal Liang Guanglie menandatangani kesepakatan tersebut dan beberapa lainnya saat mereka mengadakan pertemuan. Dalam lawatannya, Yusgiantoro mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Kepala Komite Sentral Militer RRC, Jenderal Guo Boxiong, orang pertama di Angkatan Perang RRC, pada 20 Februari di Beijing.
Kedua pihak juga membahas kerja sama maritim dan melihat potensi teknologi yang dimiliki RRC. Indonesia mengusulkan kepada pihak RRC untuk memberi bantuan dan bekerja sama dalam penyediaan alat-alat pemantauan navigasi yang sangat dibutuhkan untuk alur laut Indonesia.
Dalam pembicaraan dan pertemuan terpisah dengan pejabat di Kementerian Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Industri Pertahanan Nasional Cina (SASTIND), pejabat Cina mendukung upaya pengembangan kemandirian industri strategis Indonesia. Lembaga negara itu membawahi 12 perusahaan industri pertahanan strategis RRC.