Selasa 21 Feb 2012 14:35 WIB

SPAJ Duga Ada Kepentingan 'Ala Mafia dalam Swastanisasi Air

Rep: Nora Azizah/ Red: Dewi Mardiani
Seorang pelajar berlari melintasi pipa air milik PAM Jaya di atas Kali Krukut, Bendungan Hilir, Jakarta.
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Seorang pelajar berlari melintasi pipa air milik PAM Jaya di atas Kali Krukut, Bendungan Hilir, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama ini, pasokan air untuk warga Jakarta dipasok oleh PT Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya, menggandeng Aetra dan Palyja sebagai mitra. Meski dikerjasamakan belasan tahun lalu, tetap saja terjadi sengketa swastanisasi air. Swastanisasi air inilah, kata Perwakilan Serikat Pekerja Air Jakarta (SPAJ), Zainal Abidin, menyebabkan pasokan air tidak stabil kepada warga.

Sejak adanya swastanisasi, kata dia, pasokan air jadi tidak stabil. Selama 14 tahun banyak warga dipelosok-pelosok, khususnya masyarakat wong cilik tidak mendapat pasokan air yang benar. "Air ini seperti mengalami perputaran. Seperti ada kepentingan-kepentingan pribadi, yah seperti 'mafia' air di dalam kontrak tersebut," kata Zainal, Selasa (21/2).

Dia mengatakan, kontrak kerja yang dibuat antara PAM Jaya, Aetra, maupun Palyja tidak berbentuk win and win solution. Hutang PAM Jaya setiap tahunnya selalu mencapai ratusan milyar rupiah. Terakhir tahun 2010, hutang PAM Jaya sebesar Rp 580 milyar.

Setiap tahun, lanjutnya, pihak PAM Jaya bukan mendapat untung, tapi mendapat hutang. Sedangkan mitranya, yakni Aetra dan Palyja justru mendapat untung ratusan milyar rupiah dari kerja sama ini. "Saya sudah lama diperusahaan PAM Jaya, jadi tahu seluk beluknya," pungkasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apakah internet dan teknologi digital membantu Kamu dalam menjalankan bisnis UMKM?

  • Ya, Sangat Membantu.
  • Ya, Cukup Membantu
  • Tidak
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
كَانَ النَّاسُ اُمَّةً وَّاحِدَةً ۗ فَبَعَثَ اللّٰهُ النَّبِيّٖنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ ۖ وَاَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتٰبَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيْمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ اِلَّا الَّذِيْنَ اُوْتُوْهُ مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَتْهُمُ الْبَيِّنٰتُ بَغْيًا ۢ بَيْنَهُمْ ۚ فَهَدَى اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لِمَا اخْتَلَفُوْا فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِاِذْنِهٖ ۗ وَاللّٰهُ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Manusia itu (dahulunya) satu umat. Lalu Allah mengutus para nabi (untuk) menyampaikan kabar gembira dan peringatan. Dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab yang mengandung kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Dan yang berselisih hanyalah orang-orang yang telah diberi (Kitab), setelah bukti-bukti yang nyata sampai kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka sendiri. Maka dengan kehendak-Nya, Allah memberi petunjuk kepada mereka yang beriman tentang kebenaran yang mereka perselisihkan. Allah memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.

(QS. Al-Baqarah ayat 213)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement