Kamis 16 Feb 2012 20:22 WIB

Museum Sangiran Bakal Jadi Pusat Kajian Purbakala Terbesar Asia

Rep: Esthi Maharani/ Red: Dewi Mardiani
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendengarkan penjelasan soal Museum Purbakala Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (16/2)
Foto: Antara
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendengarkan penjelasan soal Museum Purbakala Sangiran, Sragen, Jawa Tengah, Kamis (16/2)

REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Museum Purbakala Sangiran, Sragen, Jawa Tengah akan segera dilengkapi dengan tiga klaster untuk pendukung klaster utama di Krikilan. Tiga klaster baru itu merupakan salah satu upaya untuk mencapai harapan agar museum Sangiran ini bisa menjadi pusat kajian evolusi manusia purba terbesar di Asia.

Dengan menjadi pusat kajian evolusi manusia purba terbesar di Asia, maka tempat itu dapat merangkum semua permasalahan evolusi, budaya dan lingkungan di masa purbakala. "Sampai saat ini yang ada hanya Afrika dan Eropa. Kita berkeinginan untuk menjadikan museum Sangiran ini pusat studi terbesar di Asia," kata Kepala Museum Sangiran, Harry Widianto, Kamis (16/2).

Tiga klaster itu berada di Desa Ngebung, Desa Bukuran, dan di Desa Dayu. Seluruh klaster baru tersebut masih berada di dalam areal situs daerah cagar budaya sangiran yang memiliki luas 56 kilometer persegi. Tiga situs yang akan dibangun akan mempunyai fungsi dan peran masing-masing.

Sangiran itu nantinya akan menjelaskan tempat itu sebagai pusat evolusi manusia purba, hewan purba, hingga perkembangan peradaban manusia dari dua juta tahun hingga 0,4 juta tahun. Semua itu bisa dibuktikan dari temuan-temuan perkakas manusia purba yang ditemukan di situs Sangiran.

Diakuinya di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan jajarannya yang berkunjung ke Museum Sangiran, untuk pengembangan museum itu dibutuhkan dana yang tak sedikit. ""Butuh Rp 37 milir untuk bangunan interior mebel dan sebagainya dan kita mau tambahan lagi Rp 10 miliar untuk menyempurnakan fasilitas-fasilitas yang kita bangun seperti labolatorium, display, hingga tempat penyimpanan benda purbakala."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement