REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga riset monitoring media The Founding Fathers House (FFH) memaparkan, energi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono lebih banyak tercurah untuk Partai Demokrat sehingga keberadaan partai yang didirikannya itu tampak hanya menjadi beban.
Kepada pers di Jakarta, Rabu, Sekjen FFH Syahrial Nasution mengatakan bahwa berdasarkan hasil riset yang dilakukan lembaganya, komentar-komentar presiden di media lebih banyak menyasar persoalan internal Partai Demokrat.
"Riset menunjukkan bahwa keberadaan Demokrat justru membebani konsentrasi presiden dalam menjalankan tugasnya. Seharusnya Demokrat ada untuk membantu tugas presiden selaku pendiri dan bukannya malah menjadi beban," ujarnya.
Dikatakannya bahwa kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi. Elit Partai Demokrat seharusnya mampu menyelesaikan masalah tanpa harus membebani presiden. "Sayangnya yang terjadi tidak bisa begitu. Kasus-kasus di Demokrat malah membuat presiden melupakan tugasnya sebagai presiden yang dipilih rakyat," ungkapnya.
Sementara itu analis riset FFH, Dian Permata Putra, mengatakan bahwa pernyataan presiden sepanjang 2011, lebih banyak mengarah kepada kasus-kasus yang menyeret kader-kader Demokrat.
"Ada dua kasus yang menyita perhatian presiden, yang kebetulan menyangkut Demokrat, yakni kasus Nazaruddin dan Rakornas Demokrat. Riset ini kami lakukan sejak 17 Maret sampai 31 Desember 2011," katanya.
Di media cetak, lanjutnya, SBY berkomentar seputar kasus Nazaruddin sebanyak 19 kali (6 persen). Selanjutnya komentar soal KTT Asean tahun 2011 sebanyak 17 kali (5 persen). Sedangkan statement soal reshuffle kabinet menempati peringkat terakhir sebanyak 13 kali (4 persen).
Untuk tayangan TV, Dian menyebutkan sebanyak 22 tayangan presiden menyoal kasus Nazaruddin (19 persen). Sepuluh tayangan terkait perompak Somalia (4 persen).
Sedangkan di media online, pernyataan SBY tentang kasus Nazaruddin tercatat sebanyak 22 artikel (19 persen), KTT Asean tahun 2011 sebanyak 18 kali (18 persen), Rakornas Demokrat sebanyak 18 artikel (18 persen).
Dalam analisis monitoring media FFH itu, terdapat 43300 materi publikasi dari enam media elektronik (TV), 11 media cetak dan tujuh media online. Analisa media dilakukan dengan metode purpose sampling. Sedangkan media massa yang dipilih adalah yang berskala nasional dan teruji kredibilitasnya.