REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG—Setelah melakukan penelitian dan pengembangan vaksin selama lima tahun, di akhir 2012 PT Bio Farma akan meluncurkan vaksin jenis baru. Yakni,vaksin DTP-HB-Hib atau dikenal dengan pentavalent. Vaksin ini, pengembangan dari tipe sebelumnya DTP-HB. Dengan vaksin baru ini, semua bayi akan memperoleh lima antigen sekaligus. Yakni, Diphteri, Tetanus, Hepatitis B, Dab Haemophylus, dan Influenza type B.
‘’Kalau tipe sebelumnya kan hanya bisa mencegah empat penyakit. Nah, vaksin terbaru ini bisa mencegah lima penyakit,’’ ujar Diektur Pemasaran PT Bio Farma, Sarimuddin Sulaeman kepada wartawan yang ditemui di sela-sela acara Forum CSR Jabar, Rabu (15/2).
Sarimuddin mengatakan, dengan menggunakan vaksin pentavalent maka bayi hanya cukup disuntik satu kali saja. Namun, bisa terhindar dari lima penyakit sekaligus. Kalau dihitung dari sisi ekonomis, vaksin //five in one// ini harganya jadi lebih murah dibandingkan dengan vaksin sebelumnya. Menurut Sarimuddin, vaksin pentavalent ini sudah digunakan oleh hampir sebagian besar negara maju. Sementara di Indonesia, belum digunakan karena menunggu hasil penelitian dari Bio Farma. Untuk meneliti sebuah vaksin, kata dia, memang memerlukan waktu yang cukup lama. Yakni, bisa mencapai lima tahun.
Karena, kata dia, karasteristik vaksin berbeda dari obat. Vaksin, harus disimpan di suhu dua hingga delapan derajat. Kadaluarsanya, hanya bisa bertahan hingga 18 bulan. Sementara obat, bisa disimpan dalam suhu ruangan dengan masa kadaluarsa bisa mencapai lima tahun.
Proses pengembangan vaksin pentavalent, kata Sarimuddin, sekarang sudah sampai pada tahap clinical. Bahkan, Bio Farma sudah mendapatkan sertifikasi dari BPOM. Artinya, produk ini sudah layak untuk dipasarkan. ‘’Kami akan meluncurkannya di akhir tahun ini,’’ tegas Sarimuddin. Ia menjelaskan, kebutuhan vaksin dalam negeri untuk bayi yang ada di Indonesia sekitar 4,8 juta. Biasanya, Kementrian Kesehatan akan memesan pada Bio Farma untuk didistribusikan ke kabupaten/kota. Dari kabupaten/kota, disebar lagi ke Puskesmas untuk diberikan pada masyarakat.
Khusus untuk pasar luar negeri, kata dia, PT Bio Farma masih menunggu sertifikasi dari WHO. Kalau sudah keluar, Bio Farma baru diperbolehkan menjual vaksin pentavalent ini ke negara lain. Selama ini, Bio Farma mengekspor sekitar 60 persen produksinya ke luar negeri. ‘’Kami kan produsen berada di urutan keempat dari 25 pabrik vaksin yang memperoleh sertifikasi dari WHO,’’ imbuh Sarimuddin.
Khusus untuk omzet tahun ini, kata dia, Bio Farma menargetkan sebesar Rp 1,4 triliun. Omzet ini, tumbuh sekitar 10 sampai 15 persen setiap tahunnya. Dari angka tersebut, nilai keuntungan yang bisa diraih sekitar 20 persen. Keuntungan Bio Farma terhitung besar, karena selain menjual produk siap pakai, Bio Farma pun menjual bahan baku pembuat vaksin ke India. ‘’Menjual bahan baku pembuat vaksin, untungnya lebih besar dari pada produk jadi,’’ tegas Sarimuddin.