REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Zannuba Ariffah Chafsoh Wahid atau Yenny Wahid menerima tongkat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari Shinta Nuriyah yang juga ibunya sendiri dalam peringatan haul kedua Gus Dur di Gedung Olahraga (GOR) Kabupaten Sidoarjo.
"Tongkat ini, tidak akan saya miliki sendiri. Tongkat ini hanya simbolis dan akan terus dipergunakan untuk perjuangan seluruh masyarakat Indonesia seperti yang telah diamanatkan oleh Gus Dur," kata Yenny usai menerima tongkat di GOR Sidoarjo, Ahad.
Ia mengemukakan, saat ini sosok seorang Gus Dur belum ada penggantinya dan sampai saat ini keteladaan dari seorang Gus Dur patut untuk terus dicontoh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
"Terutama sifat rendah hati dari seorang Gus Dur yang tidak banyak bermewah-mewah dan juga kerendahan hati dalam segala perbuatannya sehari-hari," katanya.
Ia menjelaskan, saat ini memang diperlukan sosok seperti seorang Gus Dur, karena banyak warga masyarakat yang masih susah dan banyak tantangan yang harus diselesaikan untuk mewujudkan Indonesia lebih baik lagi.
"Bentuk kesusahan masyarakat itu terlihat dari masih banyaknya aksi demo yang dilakukan oleh kaum buruh, seperti pemblokadean jalan tol seperti yang terjadi akhir-akhir ini. Selain itu, masih adanya aksi anarkhis yang dilakukan oleh warga masyarakat dengan membakar kantor Bupati di Bima baru-baru ini," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini banyak rakyat miskin yang dipenjara gara-gara mencuri sandal jepit, mencuri barang-barang dengan nilai rupiah yang sedikit. "Sementara, di negara ini masih banyak ditemui oknum-oknum yang dengan jelas dan tega mengambil uang negara sampai miliaran rupiah dan belum ditangkap hingga saat ini," katanya.
Sementara itu, Shinta Nuriyah yang juga istri almarhum Gus Dur menyatakan saat ini memang sangat diperlukan sosok seorang Gus Dur.
"Jasa Gus Dur masih terus dikenang di Indonesia dan masih banyak orang yang sependapat dengan Gus Dur dalam berjuang di negara yang tercinta ini," katanya.