REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Maluku kembali rusuh, tepatnya di desa Pelauw. Kerusuhan itu terjadi akibat, perselisihan adat antara selampisi (kelompok) besar dan selampisi kecil di desa tersebut.
Keadaan selampisi besar dan kecil memang sudah memanas sejak Rabu (8/2) kemarin. Selampisi besar dan kecil terlibat percekcokan mengenai rumah adat. masing-masing dari mereka merasa yang paling berhak merenovasi rumah adat.
"Selampisi besar dan kecil memang sudah panas, dari rabu kemarin. tetapi, anggota kami berhasil meredakan mereka, sehingga tidak terjadi hal yang tak diinginkan,"kata Kabid Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution pada Republika, Sabtu (12/2).
Irjen saud menambahkan, perselisihan rumah adat bukan merupakan satu-satunya masalah antara selampisi besar dan kecil di desa Pelauw, Maluku tersebut. Percekcokan kembali terjadi, setelah selang air yang putus karena terinjak oleh salah seorang anggota selampisi kecil, hingga air itu membanjiri wilayah selampisi besar. Akhirnya, selampisi besar datang ke tempat selampisi kecil dan membuat kekacauan.
Padahal, selampisi kecil sedang mengadakan acara adat, merasa terganggu dengan kedatangan selampisi besar, pecahlah pertengkaran dan adu cekcok antar keduanya.
Namun, pertengkaran dan adu cekcok berhasil dipadamkan oleh anggota polisi Maluku,"Kami coba adakan pertemuan antar kedua selampisi, dan kami berhasil meredakan mereka,"tambahnya.
Kerusuhan semakin memanas, setelah ada orang yang melemparkan bom ke selampisi kecil, pada Jumat (10/2) setelah maghrib kemarin. Kemudian selampisi kecil menuduh selampisi besar yang melakukannya. Merasa tidak terima, tumpahlah api marah diantara keduanya. Sekitar 2000-an orang terlibat bentrokan hingga mengakibatkan lima orang tewas dan 300 rumah terbakar.
"Kami belum tahu, siapa orang yang melemparakan bom tersebut, namun kami akan terus menyelidikinya,"ujar Irjen Saud.
Situasi desa Pelauw, Maluku saat ini sudah aman. kerusuhan sudah reda, setelah sebanyak 150 anggota polisi Maluku mengamankan dan meredakan mereka.