REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU - Konflik antara buaya liar 'versus' manusia di Desa Sungai Raya, Kecamatan Batang Tuaka, Kabupaten Indragirin Hili (Inhil) dikabarkan 'pecah' setelah berulang kali hewan buas itu melakukan penyerangan terhadap warga.
"Banyak warga yang terpaksa melakukan perburuan terhadap buaya karena sudah merasa terancam. Buaya itu tidak terlihat di sungai saja, tapi juga sampai ke kanal-kanal yang ada di sekitar perkampungan," kata Kepala Desa Sungai Raya, Sulaiman, Sabtu (11/2).
Melalui perbincangan selular, Sulaiman mengungkapkan, sejak satu pekan terakhir sejumlah warganya tidak lagi berani beraktivitas di sekitar kanal, baik itu untuk mencuci, mandi dan kegiatan lainnya yang biasa warga lakukan.
Rasa penat campur takut, menurut Kades, mendorong sejumlah warga akhirnya memilih untuk melakukan penyerangan balik terhadap buaya liar yang sebelumnya telah terlebih dahulu menyerang dua warga sekitar. Bahkan satu diantaranya tewas dengan kondisi yang mengenaskan.
"Berbagai cara dilakukan warga untuk menangkap dan membunuh buaya liar. Ada yang mencobanya dengan menggunakan jerat, ada juga yang membawa peralatan sejenis senjata tajam," katanya.
"Sepertinya warga tidak ada pilihan karena sejauh ini Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Riau belum memberikan solusi nyata," ujarnya.
Padahal, demikian Sulaiman, pihaknya telah melaporkan kasus penyerangan buaya terhadap manusia yang tidak lain warganya itu sudah sejak lama.
"Tapi sejauh ini upaya peredaman konflik ini belum juga menuai hasil yang optimal. Buaya-buaya itu, berdasarkan laporan warga masih terus saja muncul di parit-parit (kanal-red) sekitar perkampungan," tuturnya.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Indragiri Hilir, Darussalam secara terpisah menyebutkan juga tengah berupaya untuk melerai konflik buaya 'versus' manusia di Desa Sungai Raya dan beberapa wilayah rawan lainnya.
"Salah satunya mungkin dengan membangun kawasan khusus bagi habitat buaya. Maksudnya memisahkan buaya dengan lingkungan bebas," ujarnya.