Kamis 09 Feb 2012 23:10 WIB

Gap Dunia Pendidikan & Dunia Usaha Masih Lebar

Rep: Agung Sasongko/ Red: Ramdhan Muhaimin
Kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia usaha (ilustrasi)
Kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia usaha (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketiadaan jembatan kokoh antara dunia pendidikan dan dunia usaha menjadi persoalan klasik yang belum terselesaikan. Padahal, saat berbicara dunia bisnis maka mengacu pada kualitas sumber daya. 

Corporate Manager PT. Bakrie Metal Industries, Arifin Dimyati mengatakan apa yang telah diusahakan dunia pendidikan belumlah sesuai harapan dunia usaha. "Jelas masih jauh," kata dia saat berbincang dengan republika.co.id dalam acara Talkshow LP3I bertajuk 'Tips and Tricks Mempersiapkan Remaja Mandiri yang Siap Menghadapi Dunia Usaha dan Industri' di Jakarta, Kamis (9/2).

Arifin mengatakan masih ada semacam jarak antara dunia pendidikan dan pengusaha. Sebabnya, perlu pendekatan lebih jauh dunia pendidikan kepada dunia usaha. Pendekatan ini mendesak untuk dilakukan guna mengoptimal usaha mengurangi angka pengangguran di Indonesia.

"Dunia usaha dihadapkan pada situasi sulit untuk merekrut tenaga kerja. Faktanya, pengganguran banyak, luar biasa banyak karena mencapai jutaan. Saat kita membutuhkan tenaga kerja, kita susah mencari tenaga kerja yang sesuai," kata dia. 

Sebagai contoh saja, kata Arifin, dalam sebuah riset kecil yang dilakukannya terhadap setiap lulusan perguruan tinggi maka diperoleh tiga tingkatan kualitas lulusan.

Lulusan pertama, merupakan mahasiswa yang mampu mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Artinya, pada tingkatan ini ada kualitas yang dimiliki sehingga dilirik pengusaha. "Mereka calon individu yang akan menempati posisi tertinggi dalam perusahaan," kata dia.

Lulusan kedua, merupakan mahasiswa yang membutuhkan motivasi dan tambahan keterampilan melalui pelatihan sehingga dapat menjadi lulusan yang dapat dilirik pengusaha. "Mereka berkualitas hanya saja butuh penambahan kemampuan dan motivasi," kata dia.

Terakhir, lulusan tanpa kemampuan. Mereka yang lulus dalam kategori ini sangat rentan tidak dilirik perusahaan.

"Yang spektakuler dari riset ini adalah, jumlah kualitas lulusan tingkat pertama hanya 10 persen, kedua 20 persen dan terakhir 70 persen.  Inilah, mungkin dalam proses belajar kurang bagus, Hal ini yang selalu kami cermati, " paparnya.

Kalau dikaitkan dengan globalisasi, lanjut dia, yang berarti berbicara kompetisi dan kompetensi maka apa yang dihasilkan dunia pendidikan masih jauh apa yang seharusnya dibutuhkan dunia usaha. "Ini pekerjaan rumah bersama," pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement