REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi yang bergerak di bidang penyelamatan lingkungan Greenpeace Indonesia membantah keterlibatannya dengan pihak asing.
Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Hikmat Suriatanuwijaya mengatakan, tidak benar jika organisasinya didanai oleh pihak asing dan ditunggangi oleh persaingan dagang asing.
"Selama 40 tahun berdiri di dunia kami tidak pernah menerima dana, baik dari pemerintah maupun perusahaan manapun," ujarnya saat melakukan kunjungan ke kantor Republika, Rabu (8/2).
Ia menjelaskan, Greenpeace mendapatkan bantuan dana dari individu yang peduli lingkungan. Di Indonesia, jumlahnya mencapai tiga juta orang. Para penyumbang memberikan uangnya paling sedikit Rp 75 ribu dan maksimal satu juta rupiah perbulan.
Pembiayaan tersebut bersifat independen. Artinya, penyumbang dari AS atau Eropa tidak bisa memberikan dananya kepada Greenpeace Asia Tenggara. Begitu juga sebaliknya.
Greenpeace hadir di Indonesia secara resmi pada 2005. Namun, kegiatan Greenpeace sudah dimulai sejak 1990an. Saat itu, para aktivis menghadang kapal berisi limbah dari Eropa berlabuh di Tanjung Priok.
Dalam usahanya memerangi perusahaan yang merusak hutan Indonesia, Greenpeace menyadari mendapatkan berbagai tantangan, termasuk kampanye negatif melalui media.