REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak seluruh Umat Islam di Indonesia untuk menjadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk meningkatkan toleransi, kebersamaan, serta pemahaman ajaran agama.
"Saya mengajak kaum muslimin dan muslimat di seluruh tanah air untuk mengembangkan cara-cara yang arif dalam menjembatani perbedaan,'' tutur Presiden SBY dalam pidatonya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1433 Hijriah di Istana Negara, Jakarta, Senin (6/2) malam. ''Jangan bertindak sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri. Kita harus menghormati hak-hak setiap warga negara meskipun berbeda keyakinan, agama, ras, ataupun suku."
Umat Islam Indonesia, menurut Presiden, harus mampu menunjukkan jati diri dan akhlak sebagai bangsa mulia. Caranya dengan meredam silang pendapat yang mendahulukan ego masing-masing. "Mari kita jauhkan iri, dengki, dan fitnah. Sebaliknya, mari kita bergandengan tangan, rukun, dan bersatu," ujarnya.
Presiden menyatakan saat ini banyak kesalahpahaman tentang ajaran Islam yang tidak hanya terjadi di luar kalangan Umat Islam. Tetapi, kesalahpahaman juga terjadi di dalam sebagian Umat Islam sendiri yang tampak dari perilaku dan tindakan-tindakan sebagian kecil Umat Islam yang bertentangan dengan ajaran Islam dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut, lanjut Kepala Negara, telah membuat citra Islam menjadi tidak baik yang kemudian digeneralisasi dan disimpulkan sebagai ajaran Islam yang sesungguhnya.
"Oleh karena itu, pada acara memperingati Maulid Nabi Besar kita, Nabi Muhammad SAW, saya mengajak segenap Umat Islam di seluruh tanah air untuk membebaskan negeri kita dari perilaku dan tindakan yang menyimpang dari ajaran Islam," tuturnya.