REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Terungkapnya kasus pilot Lion Air yang kedapatan memakai narkotika dan obat/bahan berbahaya (Narkoba), ternyata berdampak pada beban psikologis pengguna jasa armada penerbangan itu. Muhammad Arlan contohnya.
Salah satu pimpinan perusahaan asuransi milik pemerintah itu mengaku 'was-was' untuk kembali menggunakan maskapai pertama di Asia yang memberikan dua kelas, bisnis dan ekonomi itu.
Sebelumnya, dirinya mengaku biasa menggunakan Lion Air untuk bepergian dari Makasar menuju Jakarta atau sebaliknya. Tapi, sambung dia, pasca-tertangkapnya pilot yang kedapatan mengkonsumsi narkoba di armada itu, membuat dirinya menjadi khawatir kelancaran perjalanan menjadi terganggu.
"Saya takut kalau semua pilot Lion Air berkelakuan sama," ujarnya, ketika di temui Republika di Jakarta, Senin (6/2).
Penilaian itu, jelas Arlan, karena dirinya menilai pemilik perusahaan maskapai penerbangan itu lemah dalam hal pengawasan. Karena itu, ia mensinyalir bisa saja apa yang dilakukan salah satu pilot itu juga dilakukan yang lainnya.
Hal senada juga diungkapkan Bambang Reginanto. Pegawai swasta asal Depok, Jawa Barat ini juga mengaku takut menggunakan Lion Air untuk bepergian. Alasannya adalah keamanan. Sebab, jelas dia, jika salah satu pilot saja sudah kedapatan memakai narkoba, maka tidak menutup kemungkinan jika pilot lainnya melakukan hal serupa.