REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca buruk yang terjadi belakangan ini membuat para nelayan tidak bisa melaut untuk mencari ikan. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mencatat, dalam kurun 30 hari terakhir, tidak kurang dari 500 ribu nelayan tradisional Indonesia berhenti melaut. Mereka merugi hingga puluhan juta rupiah karena tidak dapat bekerja.
Koordinator Program Kiara, Abdul Halim, menyatakan meskipun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca ekstrem berlangsung sepanjang Januari-Februari 2012, respon pemerintah terbilang biasa saja terkait dengan meruginya nelayan. Padahal, peristiwa ini adalah pengulangan dari bencana cuaca ekstrem yang terjadi setahun silam.
Untuk itu, Kiara mendesak pemerintah untuk menyikapi kerugian yang dialami para nelayan. Kebutuhan masyarakat akan ikan sangat tinggi. Sementara nelayan tak bisa menangkap ikan untuk dipasok ke pasar. Hal ini akan merugikan pihak nelayan dan juga masyarakat yang mengkonsumsi ikan.
Belum lagi industri makanan yang berbahan dasar ikan. Pengusaha empek-empek di Ponorogo, Wahyudin, menjelaskan setiap hari, pihaknya membutuhkan pasokan ikan laut ratusan kilogram. "Harganya naik sekitar 50 persen," paparnya, saat dihubungi. Pihaknya tetap harus membeli ikan sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan ribuan konsumennya setiap hari.