REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penamaan flu babi pada kasus influenza A (H1N1) dinyatakan salah. Pernyataan itu ditegaskan oleh Menteri Kesehatan, Endang Rahayu Sedyaningsih.
“Tidak tepat disebut Flu Babi, karena memang tidak berhubungan dengan konsumsi babi atau kontak dengan hewan babi,” alam siaran pers yang diterima Republika, Senin (30/1). Kesalahan ini, ujarnya, bisa mengakibatkan kesalahan yang lebih fatal lagi.
Virus flu baru ini, menurut dia merupakan 'koalisi' antara virus flu pada burung, virus flu pada babi dan virus flu pada manusia.
Virus baru yang selanjutnya disebut H1N1pdm09 ini, pertama kali ditemukan di dunia pada April 2009, di Mexico.
Beberapa masyarakat menyebut penyakit ini dengan istilah Flu Mexico, sebutan yang juga tak dibenarkan olehnya. Pada Juni 2009, WHO menyatakan keadaan pandemi, karena pada saat itu sudah 74 negara melaporkan adanya kasus tersebut.
Sejak dinyatakan sebagai pasca pandemi, penyakit akibat H1N1pdm09 merupakan varian dari berbagai influenza, seperti juga akibat virus H1N1 yang biasa, H3N2, influenza B, dan lain-lain.
Pada dasarnya, H1N1pdm 09 ini adalah salah satu bentuk influenza. Influenza pada umumnya ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya, “Kecuali pada mereka dengan daya tahan tubuh yang rendah atau ada masalah kesehatan lain,” katanya.