Senin 30 Jan 2012 14:14 WIB

Perpecahan Makin Jelas, Pengganti Anas Diusulkan dari Luar Partai

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Ramdhan Muhaimin
Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum (kanan) berbincang dengan Sekjen PD Edhie Baskoro Yudhoyono (kiri).
Foto: Antara/Yudhi Mahatma
Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Anas Urbaningrum (kanan) berbincang dengan Sekjen PD Edhie Baskoro Yudhoyono (kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perpecahan di internal Partai Demokrat makin jelas tercium. Desakan pencopotan Anas Urbaningrum sebagai Ketua Umum Partai Demokrat juga semakin kuat. 

Setelah sebelumnya beberapa petinggi parti berlambang bintang mercy itu membantah perihal pencopotan Anas, kini kubu kontra terhadap Anas membongkar, bahwa usaha 'pencopotan' memang terjadi.

Bahkan anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ajeng Ratna Suminar mengungkapkan, partainya telah menyiapkan empat nama untuk menggantikan Anas Urbaningrum dari posisi ketua umum. Dari empat nama itu, ada yang berasal dari internal partai, tapi ada juga dari luar partai demokrat. 

"Orang luar itu berasal dari menteri tapi bukan kader partai. Dari luar partai tapi dia pro ke Demokrat. Kan bisa ditebak sendiri," ungkap Ajeng di gedung DPR, Jakarta, Senin (30/1).

Ajeng menceritakan, pengusulan nama-nama itu dilakukan pada 23 Januari 2012 lalu pukul 13.00 WIB bertepatan dengan perayaan Imlek di Kemayoran, Jakarta. Saat itu, lanjut Ajeng, rapat penentuan nama-nama dipimpin langsung Wakil Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie dan diikuti lebih dari 20 anggota dewan pembina.

Anas, kata dia, tidak dilibatkan dan tidak dilaporkan mengenai adanya rapat tersebut. Sehari setelahnya, baru dibawa ke rapat dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di kediamannya di Cikeas. Setelah dilaporkan, Ajeng menambahkan, SBY hanya mengatakan akan memikirkan usulan-usulan tersebut.

Mengenai mekanisme pengangkatan ketua umum dari luar partai, dijelaskan Ajeng, boleh-boleh saja sebagai upaya penyelamatan partai. AD/ART partai pun memungkinkan untuk melakukan itu. 

"Hanya definitif. Apa bagusnya dari orang dalam? Nanti malah berebut. Biar tidak berebutan, makanya justru ada bagusnya, jadi netral," jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement