REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penulis novel Ummi, Asma Nadia, tak pernah mengira jika novel—pertamanya di tahun 2012—ini bakal laris manis. Ia mengaku novel Ummi hanya menyodorkan cerita yang ringan dan sederhana.
"Novel ini bercerita banyak tentang persoalan yang ada dan sangat dekat dengan kehidupan kita," ungkapnya, dalam bedah buku 'Ummi' yang digelar di arena Kids Festival, di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (29/2).
Ummi, jelasnya, merupakan satu novel yang berbicara banyak persoalan. Antara lain perkawinan beda agama—yang di tengah masyarakat—sudah dianggap permisif, problem perkawinan, permasalahan hidup, bahkan soal perselingkuhan.
Semuanya merupakan kisah kehidupan yang--mungkin—sangat dekat dengan kehiduan sehari-hari. Ia berharap, buku yang berisi tiga novel dan 10 cerita pendek (cerpen) ini bisa memberikan inspirasi bagi mereka yang menghadapi permasalahan hidup.
Asma juga mengaku menerima tawaran menulis novel ini karena sangat terinspirasi sosok ibundanya. Sebagai anak yang besar di lingkungan keluarga pas-pasan ia melihat ibundanya merupakan tauladan.
Bagaimana sosok ini sangat tegar menghadapi penyakit dan persoalan dalam keluarga. Sehingga mampu menjadi figur orang tua yang sayang kepada anak-anaknya. "Bahkan ibu merelakan tidak makan siang hanya untuk membelikan buku-buku anaknya. Sikap inilah yang sangat membekas dalam kehidupan saya," papar Asma.
Dari sini, ia lalu berkeinginan untuk menulis sebuah buku yang bisa mewakili para ibu sekaligus memotivasi agar anak-anak remaja bisa lebih mencintai dan menyayangi ibunda. Apalagi agama juga menganjurkan agar anak-anak berbakti kepada kedua orang tuanya. Menurutnya, anak-anak remaja akan mudah tersentuh dan menerima nasihat melalui buku dibandingkan dengan langsung diceramahi.