REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan pasar narkoba di Indonesia terbilang cukup tinggi. Sementara, barangnya sulit ditemui. Hal ini membuat bandar narkoba kerap nekat mengirimkan barang ke Indonesia dengan berbagai cara guna mendapatkan keuntungan berlipat ganda.
"Ini selalu terjadi. Sasarannya pasti bandara udara dan pelabuhan sebagai pintu masuk narkoba ke Indonesia," jelas Kepala Satgas Operasi Badan Narkotika Nasional (BNN), Brigjen Benny Jozua Mamoto, saat dihubungi Republika, Kamis (26/1).
BNN mencatat prevalensi pengguna narkoba setiap tahunnya terus meningkat. Jumlahnya mencapai jutaan orang. Pada tahun lalu, prevalensi pemakai narkoba diperkirakan bertambah menjadi 2,21 persen dari total penduduk Indonesia atau sekitar 3,8 juta orang.
Berdasarkan profesi, BNN mencatat prosentase pengguna narkoba sebagai berikut: pekerja konstruksi (10,1 persen), pekerja tambang (7,5 persen), dan pekerja angkutan umum (5,7 persen). Sisanya berasal dari pekerja jasa, pedagang dan pengusaha, pertanian, dan industri.
Jika narkoba dibiarkan menyebar, pemakai narkoba dipastikan akan terus meningkat hingga menjadi 2,8 persen atau sekitar 5,1 juta orang dari total penduduk Indonesia. Sedang pada 2008 atau 2009 lalu, BNN mendata prevalensi penyalahguna narkoba hanya 1,99 persen.