REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Hayono Isman mengaku partainya tengah menghadapi situasi yang sulit. Ini lantaran banyaknya masalah yang dihadapi partai pemenang pemilu tersebut.
Malah, lanjut dia, saking sulitnya situasi yang dihadapi, popularitas partai itu menurun menjadi 14 persen, di bawah posisi PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Hasil ini berbanding terbalik dengan popularitas SBY yang masih cukup tinggi, yaitu sekitar 60 persen.
Salah satu pendorong utamanya adalah terseretnya nama Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dalam kasus korupsi.
"Ini situasi sulit bagi partai. Makanya, kita di partai saat ini kompak," katanya di gedung DPR, Jakarta, Rabu (25/1).
Kasus korupsi yang menyeret nama Anas, lanjut dia, semakin menurunkan kredibilitas partai di mata masyarakat. Apalagi, sebelumnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Partai Demokrat mulai menurun sejak Juni 2011 terkait adanya kasus korupsi yang dilakukan mantan Bendahara Partai Demokrat, M Nazaruddin.
"Itu memang berdampak buruk pada partai. Nanti jadi pertimbangan kita, tentunya juga pertimbangan ketua umum langkah-langkah apa ke depan yang terbaik bagi kehormatan Mas Anas sebagai politisi maupun citra partai," tambah dia.
Terkait mundurnya Anas dari posisi ketua umum, ia menyerahkan sepenuhnya kepada yang bersangkutan. Ia pun yakin kalau Anas sudah melakukan berbagai pertimbangan. Dewan Pembina partai pun tidak memberikan sikap untuk memecat atau meminta Anas mengundurkan diri.
Pasalnya, hingga kini Anas masih belum diputuskan bersalah di pengadilan. Namun jika ternyata sudah dinyatakan sebagai tersangka, maka pasti ada pertimbangan lain yang diambil partai.
"Di Partai Demokrat, kita menghormati proses hukum, kita memegang konsep praduga tak bersalah. Kita juga menjaga kehormatan kader. Tapi mohon dipahami, kita sepenuhnya berada di belakang Mas Anas," jelas dia.
Haryono pun tidak membantah kalau ada pemikiran individu anggota partai yang menginginkan dicopotnya Anas. Hanya saja, ia menolak kabar yang mengatakan kalau sudah ada beberapa nama yang disiapkan untuk mengganti posisi Anas.
Termasuk menyelenggarakan kongres luar biasa. "Ketua umum kita belum dinyatakan bersalah. Tersangka saja belum. Jadi menurut saya masih jauh,"pungkas dia.