REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir yang melanda beberapa waktu yang lalu di Provinsi Banten kini menyurut. Para pengungsi sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, semua posko pengungsi sudah ditinggalkan warga.
"Perkembangan terakhir dari banjir di Provinsi Banten, airnya sudah turun. Pengungsi telah kembali ke rumah masing-asing dan sudah tidak diperlukan proses evakuasi," katanya melalui pesan singkat, Rabu (18/1) malam berdasarkan laporan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten.
Meski demikian, tak seluruh banjir menyusut di beberapa desa. Malah, kata dia, ada empat desa yang kembali terendam banjir. Padahal, sebelumnya, air di sana sudah menyusut. Keempat desa itu, menurut laporan jajaran setempat, Desa Renged, Desa Cakung dan Desa Lamaran (ketinggian 20 sentimeter), dan Desa Gembor (Kampung Pule Sasak dengan ketinggian 1 meter). Saat ini, kondisi banjir di keempat desa tersebut ditangani oleh unsur Muspika.
Dampak bencana banjir di beberapa Kecamatan di Provinsi Banten, ada puluhan ribu warga yang menderita, termasuk sebagian besarnya mengungsi. Dampaknya dirasakan di Kecamatan Kragilan (5.928 Jiwa/1.581 KK), Kecamatan Cikeusal (5.252 Jiwa/1.751 KK), Kecamatan Kibin (3.796 Jiwa/1.056 KK), Kecamatan Cikande (2.649 Jiwa/883 KK), Kecamatan Bandung (813 Jiwa/321 KK), Kecamatan Tunjung Teja (765 Jiwa/255 KK), Kecamatan Kopo (744 Jiwa/268 KK), Kecamatan Tirtayasa (564 Jiwa/188 KK), Kecamatan (Jawilan 540 Jiwa/180 KK), Kecamatan Binuang (114 Jiwa/38 KK), dan Kecamatan Tanara (57 Jiwa/19 KK).
Atas bencana banjir di sana, lanjut Sutopo, aktivitas sosial dan perekonomian terganggu. Wabah penyakit pascabanjir mulai merebak dan warga mengalami kesulitan pengadaan air bersih. "Warga mengalami kesulitan pemenuhan kebutuhan pangan untuk pengungsi, jembatan yang putus mengakibatkan akses menuju beberapa desa menjadi lebih jauh."
Bantuan dari berbagai kalangan berdatangan ke wilayah bencana, termasuk dari pemerintah pusat dan daerah. Tak hanya itu, tim penyelamat, pengevakuasi, dan pengungsian dikerahkan dari Kabupaten Serang, SAR, dan para mahasiswa setempat.