REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) melihat Menteri ESDM kurang optimis penerapan konversi BBM ke BBG akan berjalan mulus . Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral menilai penerapan konversi gas per 1 April tak mungkin serentak dilakukan di Jawa dan Bali. “Untuk Jakarta saja, bulan April mungkin tak bisa 100 persen,” kata Ketua Umum IATMI Salis S Aprilian kepada Republika di Jakarta, Selasa (17/1).
Salis yang juga merangkap Direktur Utama Pertamina Hulu Energi (PHE) itu mengatakan permasalahan konversi bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) terletak di sektor hilirnya. Hulu sudah siap dengan penyelenggaraan infrastruktur, sedangkan hilir yang mencakup industri dan masyarakat sebagai konsumen masih perlu waktu.
Salis juga melihat ketidakoptimisan Kementerian ESDM sebagai tim sosialisasi. Sedangkan tim pengawasan berada di tangan BPH Migas, tim penyiapan infrastruktur menjadi tugas Kementerian Perindustrian, dan tim analisis sosial oleh Kementerian Perekonomian.
Meskipun Menteri kurang optimis, kata Salis, kebijakan pembatasan BBM subsidi harus dipahami masyarakat. Sebab, negara memang kekurangan minyak. Apalagi jika Iran mengeluarkan kebijakan untuk menutup lalu lintas Selat Hormus. “Pertamina mengisi kilangnya dari mana?” ujarnya.