REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Direktur Institut Hijau Indonesia (IHI), Chalid Muhammad, menganggap pemerintah tak melaporkan dengan jujur berapa perbandingan dampak pertumbuhan ekonomi itu terhadap kehancuran sistematis lingkungan. Pertumbuhan ekonomi makro nasional sebesar 6,5 persen tahun lalu, namun pemerintah perlu melihat lagi apa pemicu pertumbuhan itu. “Jawabannya, eksploitasi sumber daya alam, bukan sektor riil,” katanya dalam diskusi di Jakarta, Jumat (13/1).
Chalid menilai, pemerintah tak melaporkan berapa ancaman sumber daya alam yang disebabkan eksploitasi berlebihan. Data itu, dinilainya menjadi biaya tinggi yang harus dibayar oleh generasi mendatang. Hal itu terjadi di saat Indonesia menjadi negara yang sepenuhnya tergantung impor.
Chalid memperkirakan 15 – 20 tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara pengimpor batubara, mangan, dan tembaga. Sebab, lebih dari 80 persen hasil tambang nasional adalah untuk ekspor, bukan untuk pengoptimalan penggunaan dalam negeri.