REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan agar Polri tidak terpancing dalam menangani aksi unjuk rasa sehingga tidak menimbulkan bentrok yang memancing jatuhnya korban.
Hal itu disampaikan oleh Julian A Pasha di Pacitan, Kamis (12/1) malam, menanggapi sejumlah aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh para kepala desa di sejumlah daerah mendesak reformasi agraria.
"Sebelum berangkat ke Jawa Timur, Presiden menginstruksikan Kapolri agar polisi jangan sampai terpancing sehingga menimbulkan bentrokan yang dapat menyebabkan adanya korban," katanya.
Namun, lanjut dia, Presiden meminta jika ada aksi unjuk rasa yang dilakukan di luar kepatutan, aparat kepolisian dipersilakan untuk memprosesnya. Menurut Julian, Presiden meminta agar Polri tetap profesional dan tidak terpancing oknum sehingga menimbulkan korban.
Mengenai tuntutan dari para pengunjuk rasa, Jubir Presiden menegaskan bahwa isu mengenai reformasi agraria itu tengah dikelola dan dibahas untuk mencapai suatu solusi yang diinginkan bersama. "Solusi yang konstruktif dan memenuhi rasa keadilan," ujarnya.
Lebih lanjut ia mengingatkan bahwa pembahasan rancangan Undang-Undang tidak dilakukan sepihak oleh pemerintah sehingga jangan serta merta semua ketidakpuasan dialamatkan kepada lembaga kepresidenan. "Domainnya tidak semuanya presiden," katanya.
Pada kesempatan itu Julian juga membantah rumor yang menyebutkan bahwa Ani Yudhoyono kembali jatuh sakit. Ia menegaskan bahwa publik dapat menyaksikan bahwa dalam kunjungan Presiden Yudhoyono ke Malang dan Madiun, Ani Yudhoyono tampak mendampingi dan berada dalam kondisi sehat.
Sebelumnya, pada penghujung 2011, Ibu Negara sempat menjalani perawatan di rumah sakit dengan diagnosa demam tifoid atau tipus. Presiden melakukan kunjungan kerja ke kampung halamannya di Pacitan di hari kedua kunjungan kerjanya ke Provinsi Jawa Timur. Ia dijadwalkan melakukan kunjungan kerja selama empat hari, 11-14 Januari.