REPUBLIKA.CO.ID,BIMA--Aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Sape, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Sabtu sore kembali normal setelah polisi membubarkan paksa ratusan pengunjuk rasa yang memblokade jalan masuk ke pelabuhan tersebut sejak sepekan terakhir ini.
"Pelabuhan sudah kembali normal sejak sore ini. Dua unit kapal feri yang menanti muatan sudah mengangkut penumpang dan kendaraan barang menuju Labuan Bajo, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur," kata Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ridwan Syah, di Mataram.
Ia mengatakan, aktivitas penyeberangan di Pelabuhan Sape, terhenti semenjak warga pengunjuk rasa yang menuntut Bupati Bima Ferry Zulkarnaen mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP), memblokade jalan masuk ke pelabuhan.
Aksi yang juga melibatkan sejumlah kaum wanita itu mereka gelar sejak 19 Desember lalu. Akibatnya, hampir sepekan arus lalu lintas di jalur penyeberangan menjadi lumpuh.
Ridwan juga terlibat aktif dalam upaya penyadaran warga agar menghentikan aksi memblokade jalan masuk ke pelabuhan karena menganggu transportasi dan pasokan barang terutama bahan makanan ke Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Seratusan truk pengangkut barang dan kendaraan lainnya antre di ruas jalan menuju Pelabuhan Sape, karena pintu masuk pelabuhan dipadati ribuan warga pengunjuk rasa.
Pelabuhan Sape berada di Kecamatan Sape, namun warga pengunjuk rasa yang menguasai kawasan itu merupakan penduduk Kecamatan Lambu, yang melakukan aksi protes terhadap usaha penambangan di wilayah Lambu. Kecamatan Lambu dimekarkan dari Kecamatan Sape, sejak beberapa tahun lalu.