Jumat 23 Dec 2011 14:57 WIB

Jenazah Korban Kapal Tenggelam Sulit Diidentifikasi

Rep: Ahmad Reza Safitri/ Red: Chairul Akhmad
Beberapa kantong jenazah imigran berada diatas KRI Oswald Siahaan, di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (21/12) malam. Sebanyak 66 jenazah imigran gelap asal Timur Tengah yang menjadi korban kapal tenggelam berhasil dievakuasi di sekita
Foto: Antara/Seno S
Beberapa kantong jenazah imigran berada diatas KRI Oswald Siahaan, di Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (21/12) malam. Sebanyak 66 jenazah imigran gelap asal Timur Tengah yang menjadi korban kapal tenggelam berhasil dievakuasi di sekita

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA – Hingga Kamis (22/12) malam, Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya telah menerima sebanyak 77 jenazah imigran gelap yang tewas tenggelam di perairan Prigi, Trenggalek.

Namun hingga kini, Jumat (23/12), tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) yang terdiri dari 50 anggota itu masih kesulitan melakukan identifikasi asal negara dan nama korban. Sebab, kulit para jenazah yang tenggelam di laut selama hampir sepekan itu sudah mengelupas, sehingga wajah tidak dapat dikenali lagi.

Kabid Dokkes Polda Jatim, Kombes Pol Didi Agus Mintardi, mengatakan pihaknya dengan Kedutaan Besar (Kedubes) Iran telah melakukan MoU bahwa jenazah korban kapal tenggelam asal Iran akan dikembalikan ke negara asalnya.

Sedangkan jenazah asal Afghanistan masih belum mendapat kepastian dari negara yang bersangkutan. "Tapi dengan catatan jika sudah teridentifikasi asal negara dan nama korban," ujar Didi, Jumat (23/12).

Demi mempermudah identifikasi, pihaknya berencana akan melibatkan tim antropologi dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta, Universitas Indonesia (UI), serta Universitas Padjajaran (Unpad). "Kami akan melibatkan beberapa tim ahli dari universitas. Pasalnya, semua korban tidak memiliki nama," lanjut Didi.

Saat ini, tim DVI masih dalam proses mengumpulkan data sebelum meninggal (ante mortem) dan data setelah meninggal (post mortem). Menurut Didi, data tersebut meliputi seluruh data sekunder, seperti sidik jari, tahi lalat, bekas operasi, gigi, atau foto yang bisa mengarah ke identifikasi korban.

Sementara itu, salah satu kerabat korban kapal tenggelam asal Australia, Mark (25), mengaku mencari saudara perempuannya. Setelah mendengar berita tentang tragedi tersebut, ia mengaku langsung bergegas ke Surabaya demi mencari saudara perempuannya.

Ketika melihat kondisi para jenazah, Mark mengaku kesulitan mengindentifikasi. Pasalnya, para korban jiwa tragedi tersebut sukar dikenali dengan banyaknya kulit yang terkelupas. Mark mengatakan dirinya masih menunggu kepastian hasil otopsi tim dokter. Setelah diidentifikasi, ia akan membawa pulang jenazah saudaranya ke Australia.

Dengan tambahan 77 korban tadi malam, sudah ada 125 penumpang yang termasuk rombongan imigran gelap ke Australia. Sebanyak 48 orang selamat dan dua orang di antaranya adalah anak buah kapal yang merupakan warga negara Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement