Rabu 21 Dec 2011 07:25 WIB

Premium Langka di Lintas Sumatera Lampung

Rep: erik purnama putra/ Red: taufik rachman
Sejumlah warga dengan jerigen menyerbu sebuah SPBU (ilustrasi)
Foto: Antara
Sejumlah warga dengan jerigen menyerbu sebuah SPBU (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Warga Lampung bagian utara mengeluhkan banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di sepanjang Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang, hingga Lampung Tengah, mengalami kelangkaan penjualan premium (bensin).

Berdasarkan pantauan Republika, Rabu (21/12), sepanjang Jalur Lintas Sumatra dari Mesuji menuju Lampung Tengah, hampir semua SPBU yang menjual premium memajang tulisan, "Maaf, premium habis."

Satria, sopir travel yang setiap harinya mengantarkan penumpang jalur Mesuji-Bandar Lampung mengaku heran dengan kelangkaan premium di SPBU di sepanjang Jalur Lintas Sumatra. Pasalnya kondisi itu terjadi sejak dua bulan lalu dan terus berlangsung hingga kini.

Republika yang berkunjung ke Mesuji pada Senin dan Selasa (19-20/12), membuktikan sendiri di SPBU tidak menjual premium. Pengojek yang ditumpangi Republika mengeluhkan kondisi itu. Meski begitu, di sepanjang jalan mudah sekali ditemukan penjual premium eceran di sekitar SPBU dan di dalam kampung dengan harga berkisar Rp 6.500 per liter sampai Rp 7.000 per liter.

Adapun penjualan pertamax di SPBU normal dan pasokannya setiap hari tidak pernah kosong. "Anehnya, di sepanjang jalan banyak penjual bensin eceren yang berjualan di sekitar SPBU dalam jumlah besar," kata Satria.

Satria menuding ada permainan yang dilakukan oknum pegawai SPBU untuk menjual premium kepada pengecer dalam jumlah besar. Modus itu dilakukan setelah SPBU mendapat pasokan pengisian dari tangki Pertamina pada malam hari, dan saat itu pula banyak pengecer yang beroperasi di sekitar itu membeli bensin dalam jurigen tanpa dibatasi.

Atas dasar itu, pihaknya menilai secara tidak langsung para sopir dipaksa untuk membeli pertamax. Karena kalau beli di eceran harganya cukup mahal sekitar Rp 7.000 per liter. Atau bila ada pengecer yang berbaik hati, imbuh Satria, bensin dijual Rp 6.500 per liter.

Untuk menyiasati membengkaknya biaya operasional, kata dia, pihaknya dan para sopir biasanya selalu mengisi penuh tangki bahan bakar mobil yang dikemudikannya ketika berada di Bandar Lampung dan sekitarnya yang tidak ada gangguan pasokan premium.

"Ini lah yang dikeluhkan sopir dan masyarakat di sepanjang Lampung bagian utara. Sepertinya tak ada perbaikan manajemen dalam distribusi bahan bakar oleh Pertamina untuk menindak oknum-oknum yang bermain," ujar Satria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement