REPUBLIKA.CO.ID, TRENGGALEK - Basarnas Jatim mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah menerima informasi dari sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara yang menemukan 13 imigran korban kapal tenggelam di Perairan Prigi, Trenggalek, terdampar di Pulau Nusa Barong, Jember, Senin pagi.
"Kepastian akan informasi ini masih dicek ke lapangan. Kami sudah berkoordinasi dengan tim Basarnas yang ada di wilayah Jember untuk melakukan pengecekan sekaligus penjemputan ke lokasi penemuan," kata Kepala Basarnas Jatim, Sutrisno.
Dijelaskan Sutrisno, kabar penemuan 13 warga Timur Tengah yang menjadi korban tenggelamnya kapal pengangkut imigran gelap tujuan Pulau Krismas, Australia, itu dia terima sekitar pukul 08.00 WIB.
Lokasi penemuan disebutkan berada di Pulau Barong, salah satu pulau terluar di wilayah Kabupaten Jember, atau sekitar 100 mil dari lokasi tenggelamnya kapal di Perairan Prigi, Kabupaten Trenggalek.
"Informasinya para korban ini memang terdampar di Pulau Barong, Jember. Posisi mereka diketahui pertama kali oleh sebuah kapal tongkang bermuatan batu bara yang berangkat dari Banjarmasin menuju Cilacap," katanya menerangkan.
Meski mengisyaratkan adanya tanda-tanda penemuan korban di Perairan Jember, Sutrisno berulang kali menandaskan bahwa pihaknya belum bisa memastikan apakah ketiga belas imigran yang terdeteksi terdampar di Pulau Barong itu dalam kondisi hidup atau sudah tidak bernyawa.
Selain penemuan 13 orang di wilayah Perairan Jember, Sutrisno juga mengonfirmasikan kepada wartawan adanya laporan terbaru pada pukul 10.00 WIB mengenai adanya penemuan dua orang lagi di sekitar Pantai Sendang Biru, Kabupaten Malang.
Disebutkannya, satu orang korban dipastikan dalam kondisi selamat, sementara satu korban lainnya tidak sadarkan diri. Namun, informasi tambahan ini pada kelanjutannya masih simpang siur, apakah kedua orang yang ditemukan terdampar di Pantai Sendang Biru tersebut merupakan bagian dari korban tenggelamnya kapal yang memuat ratusan imigran di Perairan Prigi, Trenggalek, ataukah warga/nelayan lokal.
"Ya, dua orang yang disebut terakhir hasil cek silang kami di lapangan, memang bukan kelompok imigran. Tetapi apakah keduanya dari kelompok ABK (anak buah kapal) yang disebut-sebut kabur saat kapal mulai tenggelam ataukan memang warga lokal, kami masih melakukan penyelidikan melalui tim kami yang ada di lapangan," ujarnya.
Sementara itu, pihak Basarnas pagi tadi kembali mengerahkan dua kapal dan dua helikopter untuk melakukan penyisiran di sepanjang kawasan pesisir pantai di Kabupaten Trenggalek, Tulungagung, serta Blitar.
Berbeda dengan upaya pencarian sehari sebelumnya yang menyasar daerah-daerah yang ada di tengah laut, terutama sekitar titik tenggelamnya kapal, penyisiran kali ini dikonsentrasikan di kawasan pesisir atau radius 20 kilometer dari bibir pantai.
"Kami lebih mengonsentrasikan pencarian di daerah pinggir untuk mengantisipasi bila ada korban yang sudah mulai terdampar, terutama yang yang sudah meninggal karena bila sudah satu hari biasanya jenazah yang tenggelam biasanya timbul ke permukaan setelah melewati satu hari satu malam," katanya menjelaskan.
Tragedi tenggelamnya kapal pengangkut lebih dari 200 imigran gelap asal Timur Tengah terjadi pada hari Sabtu (17/12) pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Diduga, kapal tenggelam karena kelebihan muatan. Seharusnya, kapal yang boleh memuat penumpang maksimal 100 orang, namun pada praktiknya pihak nakhoda memaksakan mengangkut lebih dari 200 orang imigran sehingga terjadi ketidakseimbangan pada kapal saat memasuki kawasan Perairan Prigi yang dikenal memiliki ombak ganas.