REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Sirodj mengungkap, setidaknya terdapat 50 orang yang membawa bom berkeliaran di Jawa. Mereka adalah calon teroris karena mendapat doktrin ajaran Islam yang salah dari ulama yang dikaguminya.
"Mereka ini membawa bom dan masih bebas," kata Said dalam seminar Deradikalisasi Agama Berbasis Kyai/Nyai dan Pesantren di Jakarta, Sabtu (3/12). Hadir sebagai pembicara adalah Ketua Badan Nasional Penanggulan Teroris (BNPT) Ansyad Mbai dan Pimpinan Muslimat NU Mahfudoh Aly Ubaid.
Dikatakan Said, data calon teroris itu didapatnya dari mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Said Ali. Namun, ia tidak mau menjelaskan lebih detail tempat beroperasi dan mengapa para pembawa bom itu tidak ditangkap aparat keamanan. "Itu rahasia," katanya.
Ketua BNPT Ansyad Mbai tidak memungkiri adanya teroris yang masih berkeliaran dengan menenteng bom kemana-mana. Namun, ia menjelaskan hal itu menyebar di berbagai daerah, tidak hanya di Jawa. "Iya masih ada. Saya tak bisa menjelaskan," kata Ansyad.
Menurutnya, di luar Maluku, para calon pengebom itu kebanyakan didoktrin ajaran radikal oleh pesantren yang mengklaim mengajarkan Islam paling murni. Karena mendapat doktrin mutlak dan diyakini benar, mereka susah diajak untuk kembali ke ajaran Islam. "Orang-orang ini yang harus diwaspadai agar tidak ada lagi peristiwa pemboman di Tanah Air tercinta ini," saran Ansyad.