Jumat 02 Dec 2011 18:38 WIB

Target Selesaikan Century Setahun, Jadi 'Bargaining' Abraham Pimpin KPK

Rep: Mansyur Faqih/ Red: Djibril Muhammad
Abraham Samad saat menjalani fit and proper test di gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Abraham Samad saat menjalani fit and proper test di gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Abraham Samad terpilih sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk periode 2011-2015. Abraham menjadi kuda hitam dengan perolehan suara signifikan, yaitu 43 suara dari 56 anggota Komisi III yang hadir.

Ini lantaran, dengan usianya yang 45 tahun, Abraham merupakan yang termuda di antara delapan capim yang mengikuti fit and proper test. Pada pemilihan sebelumnya, Abraham terpilih menjadi pimpinan KPK bersama dengan Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain.

Pada pemilihan ini, Abraham pun mendapat dukungan suara penuh, yaitu 55 suara dari 56 anggota yang memilih. Sama dengan perolehan suara yang didapat Bambang. 

Pada pemilihan ketua, Abraham berhasil menyisihkan nama kandidat kuat seperti Bambang yang hanya mendapat empat suara dan Busyro Muqoddas yang memperoleh lima suara. Dua pimpinan lainnya, Zulkarnain dan Adnan masing-masing mendapat tiga suara dan satu suara.

Aboebakar Al Habsy dari fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengatakan, pemilihan ketua KPK kali ini benar-benar dipilih dengan pertimbangan yang paling kuat dan tidak mempunyai latar belakang terkait korupsi. 

"Saya lihat ada yang ingin terjadi perbaikan suasana total. Anggota legislasi saat ini sudah cerdas dalam memilih. Makanya, Abraham dipilih karena dianggap sebagai orang muda, memiliki semangat, dan punya

keberanian. Dia juga berani, siap menyelesaikan kasus Century dalam waktu satu tahun. Kita harapkan Abraham bisa jadi darah segar yang bisa memperbaiki lebih baik lagi," ujarnya di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (2/12).

Ia memandang, Busyro memang sudah tidak memiliki harapan untuk menjadi ketua KPK sejak awal. Ini lantaran, Busyro dianggap telah menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan sebelumnya. "Sering debat dengan anggota parlemen. Harusnya, ketua itu lebih banyak bertindak dari pada bicara," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement